Wednesday, July 5, 2017

Gambaran pengetahuan tentang flour albus pada remaja putri di SMA



BAB II
TINJAUAN TEORI

A.      Pengetahuan
1.      Pengertian
Pengetahuan ( knowledge ) merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penerimaan, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan pancaindranya. Pengetahuan sangat berbeda dengan kepercayaan (belief), takhayul (superstition), dan penerangan – penerangan yang keliru (misinformation). Pengetahuan adalah segala apa yang diketahui berdasarkan pengalaman yang didapatkan oleh setiap manusia (Notoatmodjo, 2007 ; Mubarak, 2011).
Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan yaitu :
a.       Kesadaran (awareness)
Yaitu subjek menyadari atau mengetahui terlebih dahulu tentang stimulus.
b.      Ketertarikan (interest)
Yaitu subjek merasa tertarik terhadap stimulasi atau objek.
c.       Evaluasi (evaluation)
Yaitu subjek mempertimbangkan baikdan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini menunjukkan kemajuan sikap responden.
d.      Percobaan (trial)
Yaitu subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
e.       Adopsi (adoption)
Yaitu dimana subjek berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikap terhadap stimulus (Notoatmodjo, 2007 ; Mubarak, 2011).

2.      Tingkatan pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan terdiri dari 6 tingkatan, yaitu :
a.       Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
b.      Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c.       Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum – hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d.      Analisa (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen – komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
e.       Sintesis (Shyntesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagain – bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan formulasi – formulasi yang ada.
f.       Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian - penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria – kriteria yang telah ada.

3.      Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan menurut Notoatmodjo (2007), antara lain adalah :
a.       Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi.
b.      Informasi atau media massa
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (Immediate Impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan bersedia bermacam – macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan – pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang.
c.       Sosial budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang – orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga ststus sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
d.      Lingkungan
Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.
e.       Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. 
f.       Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

4.      Teori Lawrence Green
  Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi 2 faktor yaitu, faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non behavior causes). Perilaku sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor, yaitu :
a.         Faktor predisposisi (predisposing factor), meliputi :
Pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nila – nilai dan sebagainya.
b.        Faktor pendukung (enabling factor), meliputi :
Lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana – sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat – obatan, alat – alat dan sebagainya.
c.         Faktor pendorong (renforcing factor), meliputi :
Sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok refrensi dari perilaku masyarakat.
Dari faktor – faktor di atas bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan dari orang tua atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku petugas kesehatan juga mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku (Notoatmodjo, 2005)

5.      Cara mengukur pengetahuan
  Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau melalui angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subyek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2007).

6.      Kriteria tingkat pengetahuan
  Menurut Arikunto (2006) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:
a.       Baik           : Hasil presentase 76% - 100%
b.      Cukup       : hasil presentase 56% - 75%
c.       Kurang      : Hasil presentase < 56%.

B.       Kebersihan Genetalia Eksterna
  Kebersihan genetalia eksterna merupakan suatu tindakan untuk memelihara kebersihan organ kewanitaan bagian luar (vulva) yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan dan mencegah infeksi (Wijayanti, 2009).
  Menjaga kebersihan sangat penting terutama pada organ reproduksi yang merupakan daerah tertutup dan berlipat, sehingga lebih mudah untuk berkeringat dan lembab, akibatnya bakteri mudah berkembang biak dan ekosistem di vagina terganggu sehingga menimbulkan bau tak sedap serta infeksi (Wijayanti, 2009). Berikut adalah cara menjaga kebersihan genetalia eksterna yaitu :
a.         Setelah buang air kecil atau besar
usahakan untuk selalu mencuci bagian luar alat kelamin dengan air dan sabun. Untuk wanita siramlah dengan air dengan arah depan kebelakang dan bukan sebaliknya. Hal ini untuk mencegah masuknya kuman dari dubur ke vagina.
b.         Kebersihan pakaian dalam
Sepatutnya dalam sehari, minimal mengganti pakaian dalam sebanyak dua kali untuk menjaga kebersihan. Selain itu pilihlah bahan celana dalam yang mudah menyerap keringat, karena jika tidak jamur bisa menempel di alat kelamin. Hindari untuk saling bertukar pakaian dalam dengan orang lain bahkan itu keluarga sendiri karena setiap orang memiliki kondisi kelamin yang berbeda.
c.         Menggunakan toilet umum
Siramlah sebelum menggunakan hal ini untuk mencegah penularan jika ada pengguna lainnya adalah  penderita penyakit kelamin. Sebaiknya gunakan selalu air yang keluar melalui kran dan hindari penggunaan dari bak atau ember, karena menurut penelitian air yang terbenam di toilet umum mengandung 70% jamur Candida Albicans (penyebab keputihan) dan rasa gatal pada vagina.
d.        Merawat rambut yang tumbuh disekitar alat kelamin
Hindari membersihkan bulu didaerah kemaluan dengan cara mencabut karena akan ada lubang pada bekas bulu kemaluan tersebut dan menjadi jalan masuk bakteri, kuman, dan jamur. Selanjutnya dapat menimbulkan iritasi dan penyakit kulit. Perawatan bulu itu disarankan untuk dirapikan saja dengan memendekkan, dengan gunting atau dicukur tetapi sebelumnya menggunakan busa sabun terlebih dahulu dan menggunakan alat cukur khusus yang lembut, dan sudah dibersihkan dengan sabun dan air panas.
e.         Hindari menggunakan celana dalam dan celana jeans yang terlalu ketat
Memakai celana dalam dan celana jens yang terlalu ketat di wilayah selangkangan dapat menyebabkan kulit susah untuk bernafas dan akhirnya dapat menyebabakan daerah tersebut berkeringat, lembab, mudah terkena jamur dan teriritasi.
f.          Hindari penggunaan cairan antiseptik yang berlebihan
Penggunaan antiseptik secara berlebihan dapat membunuh flora normal dalam vagina sehingga kuman patogenik berkembang biak sehingga menimbulkan infeksi.
g.         Jangan malas mengganti pembalut
Bagi remaja yang sedang menstruasi atau haid untuk tidak malas mengganti pembalut karena ketika menstruasi kuman – kuman mudah untuk masuk dan pembalut yang telah ada gumpalan darah merupakan tempat berkembangnya jamur dan bakteri. Usahakan untuk mengganti setiap 4 jam sekali, 2 – 3 kali sehari atau sudah merasa tidak nyaman. Jangan lupa bersihkan vagina sebelumnya ketika mengganti pembalut.
h.         Pemeriksaan rutin
Usahakan untuk selalu melakukan pemeriksaan rutin pada alat kelamin.
Jika terdapat sesuatu yang tidak seperti biasanya dan tidak terasa nyaman, dan jika ada perubahan warna kekuningan atau kehijauan, kadang disertai bau yang kurang sedap dan gatal – gatal pada alat kelamin, segeralah berkonsultasi ke dokter (Tarwoto, 2010 ; Wijayanti, 2009).

C.      Keputihan (Flour Albus)
1.         Pengertian
a.       Keputihan atau flour albus merupakan gejala keluarnya getah atau cairan selain darah dari liang vagina yang berlebihan, baik berbau ataupun tidak berbau Keputihan yang disebabkan oleh infeksi biasanya  disertai dengan rasa gatal didalam vagina dan disekitar bibir vagina bagian luar. Yang sering menimbulkan keputihan antara lain bakteri, jamur, parasit, atau juga parasit (Kusmiran, 2011 ; Pudiastuti, 2010, Wijayanti, 2009).
        
2.         Ada 2 jenis keputihan yaitu :
a.       Keputihan fisiologis
Merupakan respon tubuh normal yang biasa keluar sebelum, saat, dan sesudah masa siklus haid. Ciri – cirinya keluar lendir bening, tidak berwarna, tidak berbau, tidak gatal, dan jumlahnya tidak berlebihan.
b.      Keputihan patologis
Keputihan yang ditandai dengan keluar cairan yang berlebih, timbul terus menerus, warnanya berubah kekuningan atau kehijauan, di sertai rasa gatal atau perih dan berbau. Keputihan ini harus disikapi dengan serius. Apabila tidak segera ditangani atau dibiarkan saja menimbulkan kenker leher rahim ( Anolis, 2011 ; Sarasvati, 2010 ; Wijayanti 2009).

3.         Penyebab keputihan
Secara umum penyebab keputihan adalah :
a.       Penggunaan tisu yang terlalu sering untuk membersihkan organ kewanitaan. Biasanya, hal ini dilakukan setelah buang air kecil atupun buang air besar.
b.      Mengenakan pakaian berbahan sintesis yang ketat, sehingga ruang yang ada tidak memadai. Akibatnya, timbullah iritasi pada organ kewanitaan.
c.       Sering kali menggunaakan WC yang kotor, sehingga memungkinkan adanya bakteri yang dapat mengotori organ kewanitaan.
d.      Sering kali bertukar celana dalam atau handuk dengan orang lain, sehingga kebersihannya tidak terjaga.
e.       Kurangnya perhatian terhadap kebersihan organ kewanitaan.
f.       Membasuh organ kewanitaan ke arah yang salah, yaitu arah basuhan dilakukan dari belakang ke depan.
g.      Aktivitas fisik yang sangat melelahkan, sehingga daya tahan tubuh melemah.
h.      Tidak segera mengganti pembalut ketika menstruasi.
i.        Pola hidup yang kurang sehat, seperti kurang olahraga, pola makan yang tidak teratur, atau kurang tidur.
j.        Kondisi kejiwaan yang sedang mengalami stres berat.
k.      Menggunakan sabun pembersih untuk membersihkan organ kewanitaan secara berlebihan, sehingga flora doderleins yang berguna menjaga tingkat keasaman di dalam organ kewanitaan terganggu (Anolis, 2011 ; Bahari 2012).
Penyebab keputihan secara umum dapat menjadi pencetus timbulnya jamur, bakteri, parasit dan virus sehingga menyebabkan keputihan yang abnormal atau patologi yaitu :
a.       Jamur Candida atau Monilia
Cairan berwarna putih susu, kental, berbau, agak keras, disertai rasa sangat gatal pada vagina. Akibatnya, mulut vagina menjadi kemerahan dan meradang. Keputihan ini biasanya dipicu oleh kehamilan, penyakit kencing manis, pemakaian pil KB, dan rendahnya daya tahan tubuh. Bayi yang baru lahir juga bisa tertular keputihan akibat jamur Candida ini karena tanpa sengaja tertelan saat persalinan.
b.      Parasit Trichomonas Vaginalis
Ditularkan terutama lewat hubungan seks sehingga termasuk salah satu dalam penyakit menular seksual (PMS), dapat pula ditularkan lewat perlengkapan kamar mandi, atau bibir kloset yang telah terkontiminasi. Ciri cairannya keputihan sangat kental, berbau, berwarna kuning atau kehijauan dengan bau anyir. Keputihan ini tidak menyebabkan gatal, tapi nyeri bila liang vagina di tekan.
c.       Bakteri Gardenella
Sebagian besar wanita yang mengalami infeksi vagina bakterial tanpa gejala – gejala berarti disebabkan oleh bakteri ini. Keputihan biasanya encer, berwarna putih keabu –abuan, berair, berbuih, dan berbau amis. Bau akan lebih menusuk setelah melakukan hubungan seksual dan menyebabkan darah menstruasi berbau tidak enak. Jika ditemukan iritasi daerah vagina seperti gatal biasanya bersifat lebih ringan dari pada keputihan yang disebabkan oleh Candida Albicans atau Trichomonas Vaginalis.
d.      Virus
Keputihan akibat infeksi virus juga sering disebabkan penyakit kelamin seperti Condiloma, herpes, HIV atau AIDS Condiloma di tandai tumbuhnya kutil – kutil yang sangat banyak disertai cairan berbau. Penyakit ini sering menjangkit wanita hamil. Sedangkan virus herpes ditularkan lewat hubungan badan. Gejalanya seperti luka melepuh, terdapat di sekeliling liang vagina, mengeluarkan cairan, gatal, dan terasa panas. Perlu diwaspadai bila keputihan akibat virus, karena virus dapat menjadi salah satu factor pemicu kanker rahim (Anolis, 2009 ; Sarasvati, 2010).

4.         Gejala keputihan
a.         Keluarnya cairan berwarna putih kekuningan atau putih kelabu dari saluran vagina. Cairan ini dapat encer atau kental, dan kadang – kadang berbusa.
b.        Pada penderita tertentu terdapat rasa gatal yang menyertainya. Biasanya keputihan yang tidak normal disertai rasa gatal. Keputihan juga dapat dialami oleh wanita yang terlalu lelah atau yang daya tahan tubuhnya lemah. Sebagian besar cairan tersebut berasal dari vagina yang terinfeksi, atau dari alat kelamin luar.
c.         Gadis muda terkadang mengalami keputihan sesaat sebelum masa pubertas, biasanya menghilang dengan sendirinya (Wijayanti, 2009).

5.         Pencegahan keputihan
Menurut Sibagariang (2010), menjaga kebersihan daerah intim merupakan tindakan pencegahan terjadinya keputihan, selain itu untuk mencegah berulangnya keputihan yaitu dengan :
a.         Pola hidup sehat yaitu diet seimbang, olah raga rutin, istirahat cukup, hindari rokok dan alcohol serta hindari stress berkepanjangan.
b.        Hindari promiskuitas atau gunakan kondom untuk mencegah penularan PMS (Penyakit Menular Seksual).
c.    Gunakan celana dengan bahan yang menyerap keringat. Hindari pemakaian celana terlalu ketat untuk menghindari peningkatan kelembaban dan iritasi.
d.      Biasakan untuk mengganti pembalut ataupun pantyliner pada waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak.
e.      Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah depan ke belakang.
f.     Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat mematikan flora normal vagina.
g.     Hindari penggunaan bedak talcum, tissue atau sabun dengan pewangi pada daerah vagina karena dapat menyebabkan iritasi.

6.         Pemeriksaan
a.       Pemeriksaan penunjang yang dilakukan :
1)      Pemeriksaan darah lengkap. Pemeriksaan biokimia dan urinalisis.
2)      Kultur urin untuk menyingkirkan infeksi bakteri pada traktus urinarius.
3)      Sitologi vagina atau kultur secret vagina
4)      Vaginoskopi
5)      Sitologi dan biopsy jaringan abnormal
6)      Tes serologis untuk brucellosis dan herpes
7)      Pemeriksaan Ph vagina
8)      Penilaian swab untuk pemeriksaan dengan larutan gram fisiologis dan KOH 10%
9)      Pulasan dengan pewarnaan gram
10)  Pap smear
11)  Biopsi
12)  Tes biru metilen

b.      Pemeriksaan Laboratorium
    Hasil pengukuran Ph cairan vagina dapat ditentukan dengan kertas pengukur Ph dan Ph diatas 4,5 sering disebabkan oleh trichomoniasis. Cairan juga dapat diperiksa dengan menaruhkan sampel dengan 2 tetes larutan normal saline 0,9% di atas objek glass dan sampel kedua dilarutkan dalam KOH 10%. Penutup objek glass ditutup dan diperiksa dibawah mikroskop. Sel ragi atau Pseudohyphae dari candida lebih mudah didapatkan pada preparat KOH. Namun kultur Trichomoniasis vaginalis lebih sensitif dibanding pemeriksaan mikroskopis.
    Secara klinis untuk menegakkan diagnosis vaginosis bakterial harus ada 4 kriteria sebagai berikut :
1)      Adanya sel clue pada pemeriksaan mikroskopik sediaan basah.
2)      Adanya bau amis setelah penetesan KOH 10% pada cairan vagina.
3)      Ph vagina lebih dari 4,5 dengan menggunakan nitrazine paper.

7.         Pengobatan keputihan
Beberapa tindakan pengobatan keputihan, diantaranya adalah :
a.       Obat – obatan
Jenis obat yang bisa digunakan guna mengatasi keputihan :
a)    Asiklovir (digunakan untuk mengobati keputihan yang disebabkan oleh virus herpes).
b) Podofilin 25% (digunakan untuk mengobati keputihan yang disebabkan oleh kandiloma).
c)    Larutan asam trikolo – asetat 40 – 50% atau salep asam salisilat 20 – 40% (digunakan dengan cara dioleskan.
d)     Metronidazole (digunakan untuk mengobati keputihan yang disebabkan oleh bakteri Trichomonas vaginalis dan Gardnerella).
e)  Nistatin, mikonazole, klotrimazole, dan floconazole (digunakan untuk mengobati keputihan yang disebabkan oleh jamur Candida albikan).
b.      Larutan Antiseptik
Larutan antiseptik digunakan untuk membilas cairan keputihan yang keluar dari vagina. Akan tetapi, larutan ini hanya berfungsi membersihkan. Sebab, larutan tersebut tidak bisa membunuh penyebab infeksi ataupun menyembuhkan keputihan yang diakibatkan oleh penyebab lainnya.
c.       Hormon Estrogen
Hormon estrogen yang diberikan biasanya berbentuk tablet dank rim. Pemberian hormon ini dilakukan terhadap penderita yang sudah memasuki masa menopause atau lanjut usia.
d.      Operasi Kecil
Operasi kecil perlu dilakukan jika penyebab keputihan adalah tumor jinak, misalnya papiloma.
e.       Pembedahan, Radioterapi, atau kemoterapi
Metode pengobatan ini dilakukan jika penyebab keputihan adalah kanker serviks atau kenker kandungan lainnya. Selain itu, metode pengobatan ini juga dilakukan dengan mengacu pada stadium kankernya (Bahari, 2012).

D.      Remaja
1.         Pengertian
          Remaja atau “adolescence”, berasal dari bahasa latin adolescare yang berarti tumbuhkearah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan sosial dan psikologis (Widyastuti, Rahmawati, Purnamaningrum, 2009).
          Batasan usia remaja menurut WHO adalah usia 12 sampai 24 tahun. Menurut Depkes RI adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belum kawin. Menurut BKKBN adalah 10 sampai 19 tahun.
          Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja yakni antara usia 10 – 19 tahun, adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas. Masa  remaja adalah periode peralihan dan masa anak ke masa.
          Pada masa remaja tersebut terjadilah suatu perubahan organ – organ fisik (organobiologik) secara cepat, dan perubahan tersebut tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan (mental emosional). Terjadilah perubahan besar ini umumnya membingungkan remaja yang mengalaminya. Dalam hal inilah para ahli dalam bidang ini, memandang perlu akan adanya pengertian, bimbingan dan dukungan dari lingkungan disekitarnya, agar dalam sistem perubahan tersebut terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sehat sedemikian rupa sehingga kelak remaja tersebut menjadi manusia dewasa yang sehat secara jasmani, rohani dan social (Widyastuti, Rahmawati, Purnamaningrum, 2009).
          Terjadinya kematangan seksual atau alat – alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem reproduksi, merupakan suatu bagian penting dalam kehidupan remaja sehingga diperlukan perhatian khusus, karena bila timbul dorongan – dorongan seksual yang tidak sehat akan menimbulkan perilaku seksual yang tidak bertanggung jawab. Inilah sebabnya maka para ahli dalam bidang ini berpendapat bahwa kesetaraan perlakuan terhadap remaja pria dan wanita, agar dapat tertangani  secara tuntas (Widyastuti, Rahmawati, Purnamaningrum, 2009).

2.         Perkembangan Remaja dan ciri – cirinya
Menurut Kumalasari dan Andhyantoro (2012), berdasarkan sifat atau ciri perkembangannya, masa remaja ada tiga tahap, yaitu :
a.       Masa Remaja Awal (10 – 12 tahun)
1)      Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya.
2)      Tampak dan merasa ingin bebas.
3)      Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir yang khayal (abstrak).
b.      Masa Remaja Tengah (13 – 15 tahun)
1)      Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri.
2)      Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis.
3)      Timbul perasaan cinta yang mendalam.
4)      Kemampuan berpikir abstrak (berkhayal) makin berkembang.
5)      Berkhayal mengenai hal – hal yang berkaitan dengan seksual.
c.       Masa Remaja Akhir (16 – 19 tahun)
1)      Menampakkan pengungkapan kebebasan diri.
2)      Dalam mencari teman sebaya lebih selektif.
3)      Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya.
4)      Dapat mewujudkan perasaan cinta.
5)      Memiliki kemampuan berpikir khayal atau abstrak.

3.         Perubahan Fisik pada Remaja
Pada masa remaja terjadilah suatu pertumbuhan fisik yang cepat disertai banyak perubahan, termasuk di dalamnya pertumbuhan organ-organ reproduksi (organ seksual) sehingga tercapai kematangan yang ditunjukan dengan kemampuan melaksanakan fungsi reproduksi perubahan yang terjadi pada pertumbuhan tersebut diikuti munculnya tanda-tanda sebagai berikut :
a.         Rambut.
Rambut kemaluan pada wanita juga tumbuh seperti halnya remaja laki- laki.tumbuhnya rambut kemaluan ini terjadi setelah pinggul dan payudara mulai berkembang. Bulu ketiak dan bulu pada kulit wajah mulai tampak setelah haid. Semua rambut kecuali rambut wajah mula-mula lurus dan terang warnanya, kemudian menjadi lebih subur, kasar, lebih gelap dan agak keriting.
b.        Pinggul
Pinggul menjadi berkembang, membesar dan membulat hal ini sebagai akibat membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak dibawah kulit.
c.         Payudara
Seiring pinggul membesar, maka payudara juga membesar dan puting susu menonjol. Hal ini terjadi sesuai dengan berkembang dan makin besarnya kelenjar susu sehingga payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat.
d.        Kulit
Kulit seperti halnya laki-laki juga menjadi kasar, lebih tebal, pori-pori membesar. Akan tetapi berbeda dengan laki-laki kulit pada wanita lebih lembut.
e.         Kelenjar lemak dan kelenjar keringat
Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif. sumbatan kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat. kelenjar keringat dan baunya menusuk sebelum dan selama masa haid.
f.       Otot
Menjelang akhir masa puber, otot semakin membesar dan kuat, akibatnya akan membentuk bahu, lengan dan tungkai kaki.
g.        Suara
Suara berubah semakin merdu.suara serak jarang terjadi pada wanita (Widyastuti, Rahmawati, Purnamaningrum, 2009). 


E.       Kerangka Teori 
      Kerangka teori adalah ringkasan dari tinjauan pustaka yang digunakan untuk mengidentifikasi variabel – variabel yang diteliti (diamati) yang berkaitan dengan konteks ilmu pengetahuan yang digunakan untuk mengembangkan kerangka konsep penelitian (Notoatmodjo, 2010).


F.      Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep – konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2010).
       Kerangka konsep penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :





No comments:

Post a Comment