BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
Pengetahuan
1.
Pengertian
Pengetahuan
( knowledge ) merupakan hasil tahu
dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek
tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra
penglihatan, pendengaran, penerimaan, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga
Pengetahuan
adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan pancaindranya.
Pengetahuan sangat berbeda dengan kepercayaan (belief), takhayul (superstition),
dan penerangan – penerangan yang keliru (misinformation).
Pengetahuan adalah segala apa yang diketahui berdasarkan pengalaman yang didapatkan
oleh setiap manusia (Notoatmodjo, 2007 ; Mubarak, 2011).
Penelitian
Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di
dalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan yaitu :
a. Kesadaran
(awareness)
Yaitu subjek menyadari
atau mengetahui terlebih dahulu tentang stimulus.
b. Ketertarikan
(interest)
Yaitu subjek merasa
tertarik terhadap stimulasi atau objek.
c. Evaluasi
(evaluation)
Yaitu subjek
mempertimbangkan baikdan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini
menunjukkan kemajuan sikap responden.
d. Percobaan
(trial)
Yaitu subjek mulai
mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
e. Adopsi
(adoption)
Yaitu
dimana subjek berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikap
terhadap stimulus (Notoatmodjo, 2007 ; Mubarak, 2011).
2.
Tingkatan
pengetahuan
Menurut Notoatmodjo
(2007), pengetahuan terdiri dari 6 tingkatan, yaitu :
a. Tahu
(know)
Tahu diartikan sebagai
mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam
pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu
tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
b. Memahami
(Comprehension)
Memahami diartikan
sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang
yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek
yang dipelajari.
c. Aplikasi
(Aplication)
Aplikasi diartikan
sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai
aplikasi atau penggunaan hukum – hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya
dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisa
(Analysis)
Analisis adalah suatu
kemampuan menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen – komponen,
tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu
sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,
seperti menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan,
dan sebagainya.
e. Sintesis
(Shyntesis)
Sintesis menunjukkan
kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagain – bagian di
dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah
suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan formulasi – formulasi yang
ada.
f. Evaluasi
(Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan
dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu
materi atau objek. Penilaian - penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria
yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria – kriteria yang telah ada.
3.
Faktor
– faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Faktor – faktor yang
mempengaruhi tingkat pengetahuan menurut Notoatmodjo (2007), antara lain adalah
:
a. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu
usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar
sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar,
makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi.
b. Informasi
atau media massa
Informasi yang
diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan
pengaruh jangka pendek (Immediate Impact)
sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi
akan bersedia bermacam – macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan
masyarakat tentang inovasi baru. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas
pokoknya, media massa membawa pula pesan – pesan yang berisi sugesti yang dapat
mengarahkan opini seseorang.
c. Sosial
budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi
yang dilakukan orang – orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik
atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun
tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya
suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga ststus sosial
ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
d. Lingkungan
Lingkungan berpengaruh
terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam
lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik
ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.
e. Pengalaman
Pengalaman sebagai
sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan
dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan
masalah yang dihadapi masa lalu.
f. Usia
Usia mempengaruhi
terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan
semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan
yang diperolehnya semakin membaik.
4.
Teori
Lawrence Green
Kesehatan seseorang atau masyarakat
dipengaruhi 2 faktor yaitu, faktor perilaku (behavior
causes) dan faktor diluar perilaku (non
behavior causes). Perilaku sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor,
yaitu :
a.
Faktor predisposisi (predisposing factor), meliputi :
Pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keyakinan, nila – nilai dan sebagainya.
b.
Faktor pendukung (enabling factor),
meliputi :
Lingkungan
fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana – sarana
kesehatan, misalnya puskesmas, obat – obatan, alat – alat dan sebagainya.
c.
Faktor
pendorong (renforcing factor),
meliputi :
Sikap
dan perilaku petugas kesehatan atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok
refrensi dari perilaku masyarakat.
Dari faktor – faktor di atas bahwa perilaku seseorang
atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap,
kepercayaan, tradisi dan dari orang tua atau masyarakat yang bersangkutan.
Disamping itu ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku petugas kesehatan juga
mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku (Notoatmodjo,
2005)
5.
Cara
mengukur pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
wawancara atau melalui angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur
dari subyek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2007).
6.
Kriteria
tingkat pengetahuan
Menurut Arikunto (2006) pengetahuan seseorang
dapat diketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif,
yaitu:
a. Baik : Hasil presentase 76% - 100%
b. Cukup : hasil presentase 56% - 75%
c. Kurang : Hasil presentase < 56%.
B.
Kebersihan
Genetalia Eksterna
Kebersihan genetalia eksterna
merupakan
suatu tindakan untuk memelihara kebersihan organ kewanitaan bagian luar (vulva)
yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan dan mencegah infeksi
(Wijayanti, 2009).
Menjaga kebersihan sangat penting terutama
pada organ reproduksi yang merupakan daerah tertutup dan berlipat, sehingga
lebih mudah untuk berkeringat dan lembab, akibatnya bakteri mudah berkembang
biak dan ekosistem di vagina terganggu sehingga menimbulkan bau tak sedap serta
infeksi (Wijayanti, 2009). Berikut adalah cara menjaga kebersihan genetalia
eksterna yaitu :
a.
Setelah buang air kecil atau besar
usahakan
untuk selalu mencuci bagian luar alat kelamin dengan air dan sabun. Untuk
wanita siramlah dengan air dengan arah depan kebelakang dan bukan sebaliknya.
Hal ini untuk mencegah masuknya kuman dari dubur ke vagina.
b.
Kebersihan pakaian dalam
Sepatutnya
dalam sehari, minimal mengganti pakaian dalam sebanyak dua kali untuk menjaga
kebersihan. Selain itu pilihlah bahan celana dalam yang mudah menyerap
keringat, karena jika tidak jamur bisa menempel di alat kelamin. Hindari untuk
saling bertukar pakaian dalam dengan orang lain bahkan itu keluarga sendiri
karena setiap orang memiliki kondisi kelamin yang berbeda.
c.
Menggunakan toilet umum
Siramlah
sebelum menggunakan hal ini untuk mencegah penularan jika ada pengguna lainnya
adalah penderita penyakit kelamin.
Sebaiknya gunakan selalu air yang keluar melalui kran dan hindari penggunaan
dari bak atau ember, karena menurut penelitian air yang terbenam di toilet umum
mengandung 70% jamur Candida Albicans (penyebab keputihan) dan rasa gatal pada
vagina.
d.
Merawat rambut yang tumbuh disekitar
alat kelamin
Hindari
membersihkan bulu didaerah kemaluan dengan cara mencabut karena akan ada lubang
pada bekas bulu kemaluan tersebut dan menjadi jalan masuk bakteri, kuman, dan
jamur. Selanjutnya dapat menimbulkan iritasi dan penyakit kulit. Perawatan bulu
itu disarankan untuk dirapikan saja dengan memendekkan, dengan gunting atau
dicukur tetapi sebelumnya menggunakan busa sabun terlebih dahulu dan
menggunakan alat cukur khusus yang lembut, dan sudah dibersihkan dengan sabun
dan air panas.
e.
Hindari menggunakan celana dalam dan
celana jeans yang terlalu ketat
Memakai
celana dalam dan celana jens yang terlalu ketat di wilayah selangkangan dapat
menyebabkan kulit susah untuk bernafas dan akhirnya dapat menyebabakan daerah
tersebut berkeringat, lembab, mudah terkena jamur dan teriritasi.
f.
Hindari penggunaan cairan antiseptik
yang berlebihan
Penggunaan
antiseptik secara berlebihan dapat membunuh flora normal dalam vagina sehingga
kuman patogenik berkembang biak sehingga menimbulkan infeksi.
g.
Jangan malas mengganti pembalut
Bagi
remaja yang sedang menstruasi atau haid untuk tidak malas mengganti pembalut
karena ketika menstruasi kuman – kuman mudah untuk masuk dan pembalut yang
telah ada gumpalan darah merupakan tempat berkembangnya jamur dan bakteri.
Usahakan untuk mengganti setiap 4 jam sekali, 2 – 3 kali sehari atau sudah
merasa tidak nyaman. Jangan lupa bersihkan vagina sebelumnya ketika mengganti
pembalut.
h.
Pemeriksaan rutin
Usahakan
untuk selalu melakukan pemeriksaan rutin pada alat kelamin.
Jika
terdapat sesuatu yang tidak seperti biasanya dan tidak terasa nyaman, dan jika
ada perubahan warna kekuningan atau kehijauan, kadang disertai bau yang kurang
sedap dan gatal – gatal pada alat kelamin, segeralah berkonsultasi ke dokter
(Tarwoto, 2010 ; Wijayanti, 2009).
C. Keputihan (Flour Albus)
1.
Pengertian
a.
Keputihan atau flour albus merupakan gejala keluarnya getah atau cairan selain darah dari
liang vagina yang berlebihan, baik berbau ataupun tidak berbau Keputihan
yang disebabkan oleh infeksi biasanya
disertai dengan rasa gatal didalam vagina dan disekitar bibir vagina
bagian luar. Yang sering menimbulkan keputihan antara lain bakteri, jamur,
parasit, atau juga parasit (Kusmiran,
2011 ; Pudiastuti, 2010, Wijayanti, 2009).
2.
Ada
2 jenis keputihan yaitu :
a.
Keputihan fisiologis
Merupakan
respon tubuh normal yang biasa keluar sebelum, saat, dan sesudah masa siklus
haid. Ciri – cirinya keluar lendir bening, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
gatal, dan jumlahnya tidak berlebihan.
b.
Keputihan patologis
Keputihan
yang ditandai dengan keluar cairan yang
berlebih, timbul terus menerus, warnanya berubah kekuningan atau
kehijauan, di sertai rasa gatal atau perih dan berbau. Keputihan ini harus
disikapi dengan serius. Apabila tidak segera ditangani atau dibiarkan saja menimbulkan
kenker leher rahim ( Anolis, 2011
; Sarasvati,
2010 ; Wijayanti 2009).
3.
Penyebab
keputihan
Secara
umum penyebab keputihan adalah :
a.
Penggunaan tisu yang terlalu sering
untuk membersihkan organ kewanitaan. Biasanya, hal ini dilakukan setelah buang
air kecil atupun buang air besar.
b.
Mengenakan pakaian berbahan sintesis
yang ketat, sehingga ruang yang ada tidak memadai. Akibatnya, timbullah iritasi
pada organ kewanitaan.
c.
Sering kali menggunaakan WC yang kotor,
sehingga memungkinkan adanya bakteri yang dapat mengotori organ kewanitaan.
d.
Sering kali bertukar celana dalam atau
handuk dengan orang lain, sehingga kebersihannya tidak terjaga.
e.
Kurangnya perhatian terhadap kebersihan
organ kewanitaan.
f.
Membasuh organ kewanitaan ke arah yang
salah, yaitu arah basuhan dilakukan dari belakang ke depan.
g.
Aktivitas fisik yang sangat melelahkan,
sehingga daya tahan tubuh melemah.
h.
Tidak segera mengganti pembalut ketika
menstruasi.
i.
Pola hidup yang kurang sehat, seperti
kurang olahraga, pola makan yang tidak teratur, atau kurang tidur.
j.
Kondisi kejiwaan yang sedang mengalami
stres berat.
k.
Menggunakan sabun pembersih untuk
membersihkan organ kewanitaan secara berlebihan, sehingga flora doderleins yang berguna menjaga tingkat
keasaman di dalam organ kewanitaan terganggu (Anolis, 2011 ; Bahari 2012).
Penyebab keputihan secara umum dapat
menjadi pencetus timbulnya jamur, bakteri, parasit dan virus sehingga
menyebabkan keputihan yang abnormal atau patologi yaitu :
a.
Jamur Candida atau Monilia
Cairan
berwarna putih susu, kental, berbau, agak keras, disertai rasa sangat gatal
pada vagina. Akibatnya, mulut vagina menjadi kemerahan dan meradang. Keputihan
ini biasanya dipicu oleh kehamilan, penyakit kencing manis, pemakaian pil KB,
dan rendahnya daya tahan tubuh. Bayi yang baru lahir juga bisa tertular
keputihan akibat jamur Candida ini karena tanpa sengaja tertelan saat
persalinan.
b.
Parasit Trichomonas Vaginalis
Ditularkan
terutama lewat hubungan seks sehingga termasuk salah satu dalam penyakit
menular seksual (PMS), dapat pula ditularkan lewat perlengkapan kamar mandi,
atau bibir kloset yang telah terkontiminasi. Ciri cairannya keputihan sangat
kental, berbau, berwarna kuning atau kehijauan dengan bau anyir. Keputihan ini
tidak menyebabkan gatal, tapi nyeri bila liang vagina di tekan.
c.
Bakteri Gardenella
Sebagian
besar wanita yang mengalami infeksi vagina bakterial tanpa gejala – gejala
berarti disebabkan oleh bakteri ini. Keputihan biasanya encer, berwarna putih
keabu –abuan, berair, berbuih, dan berbau amis. Bau akan lebih menusuk setelah
melakukan hubungan seksual dan menyebabkan darah menstruasi berbau tidak enak.
Jika ditemukan iritasi daerah vagina seperti gatal biasanya bersifat lebih
ringan dari pada keputihan yang disebabkan oleh Candida Albicans atau
Trichomonas Vaginalis.
d.
Virus
Keputihan
akibat infeksi virus juga sering disebabkan penyakit kelamin seperti Condiloma,
herpes, HIV atau AIDS Condiloma di tandai tumbuhnya kutil – kutil yang sangat
banyak disertai cairan berbau. Penyakit ini sering menjangkit wanita hamil.
Sedangkan virus herpes ditularkan lewat hubungan badan. Gejalanya seperti luka
melepuh, terdapat di sekeliling liang vagina, mengeluarkan cairan, gatal, dan
terasa panas. Perlu diwaspadai bila keputihan akibat virus, karena virus dapat
menjadi salah satu factor pemicu kanker rahim (Anolis, 2009 ; Sarasvati, 2010).
4.
Gejala
keputihan
a.
Keluarnya cairan berwarna putih
kekuningan atau putih kelabu dari saluran vagina. Cairan ini dapat encer atau
kental, dan kadang – kadang berbusa.
b.
Pada penderita tertentu terdapat rasa
gatal yang menyertainya. Biasanya keputihan yang tidak normal disertai rasa
gatal. Keputihan juga dapat dialami oleh wanita yang terlalu lelah atau yang
daya tahan tubuhnya lemah. Sebagian besar cairan tersebut berasal dari vagina
yang terinfeksi, atau dari alat kelamin luar.
c.
Gadis muda terkadang mengalami keputihan
sesaat sebelum masa pubertas, biasanya menghilang dengan sendirinya (Wijayanti,
2009).
5.
Pencegahan
keputihan
Menurut
Sibagariang (2010), menjaga kebersihan daerah intim merupakan tindakan
pencegahan terjadinya keputihan, selain itu untuk mencegah berulangnya
keputihan yaitu dengan :
a.
Pola hidup sehat yaitu diet seimbang,
olah raga rutin, istirahat cukup, hindari rokok dan alcohol serta hindari
stress berkepanjangan.
b.
Hindari promiskuitas atau gunakan kondom untuk mencegah penularan PMS
(Penyakit Menular Seksual).
c. Gunakan celana dengan bahan yang
menyerap keringat. Hindari pemakaian celana terlalu ketat untuk menghindari
peningkatan kelembaban dan iritasi.
d. Biasakan untuk mengganti pembalut
ataupun pantyliner pada waktunya
untuk mencegah bakteri berkembang biak.
e. Biasakan membasuh dengan cara yang benar
tiap kali buang air yaitu dari arah depan ke belakang.
f. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya
tidak berlebihan karena dapat mematikan flora
normal vagina.
g. Hindari penggunaan bedak talcum, tissue atau sabun dengan pewangi
pada daerah vagina karena dapat menyebabkan iritasi.
6.
Pemeriksaan
a.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan :
1)
Pemeriksaan darah lengkap. Pemeriksaan
biokimia dan urinalisis.
2)
Kultur urin untuk menyingkirkan infeksi
bakteri pada traktus urinarius.
3)
Sitologi vagina atau kultur secret
vagina
4)
Vaginoskopi
5)
Sitologi dan biopsy jaringan abnormal
6)
Tes serologis untuk brucellosis dan
herpes
7)
Pemeriksaan Ph vagina
8)
Penilaian swab untuk pemeriksaan dengan
larutan gram fisiologis dan KOH 10%
9)
Pulasan dengan pewarnaan gram
10)
Pap smear
11)
Biopsi
12)
Tes biru metilen
b.
Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pengukuran Ph cairan vagina dapat
ditentukan dengan kertas pengukur Ph dan Ph diatas 4,5 sering disebabkan oleh trichomoniasis. Cairan juga dapat
diperiksa dengan menaruhkan sampel dengan 2 tetes larutan normal saline 0,9% di atas objek glass dan sampel
kedua dilarutkan dalam KOH 10%. Penutup objek glass ditutup dan diperiksa dibawah
mikroskop. Sel ragi atau Pseudohyphae
dari candida lebih mudah didapatkan
pada preparat KOH. Namun kultur Trichomoniasis
vaginalis lebih sensitif dibanding pemeriksaan mikroskopis.
Secara klinis untuk menegakkan diagnosis vaginosis bakterial harus ada 4 kriteria
sebagai berikut :
1)
Adanya sel clue pada pemeriksaan
mikroskopik sediaan basah.
2)
Adanya bau amis setelah penetesan KOH
10% pada cairan vagina.
3)
Ph vagina lebih dari 4,5 dengan
menggunakan nitrazine paper.
7.
Pengobatan
keputihan
Beberapa
tindakan pengobatan keputihan, diantaranya adalah :
a.
Obat – obatan
Jenis
obat yang bisa digunakan guna mengatasi keputihan :
a) Asiklovir
(digunakan untuk mengobati keputihan yang disebabkan oleh virus herpes).
b) Podofilin
25% (digunakan untuk mengobati keputihan yang disebabkan oleh kandiloma).
c) Larutan asam trikolo – asetat 40 – 50%
atau salep asam salisilat 20 – 40% (digunakan dengan cara dioleskan.
d)
Metronidazole
(digunakan untuk mengobati keputihan yang disebabkan oleh bakteri Trichomonas vaginalis dan Gardnerella).
e) Nistatin,
mikonazole, klotrimazole, dan floconazole (digunakan untuk mengobati keputihan yang disebabkan
oleh jamur Candida albikan).
b.
Larutan Antiseptik
Larutan
antiseptik digunakan untuk membilas cairan keputihan yang keluar dari vagina.
Akan tetapi, larutan ini hanya berfungsi membersihkan. Sebab, larutan tersebut
tidak bisa membunuh penyebab infeksi ataupun menyembuhkan keputihan yang
diakibatkan oleh penyebab lainnya.
c.
Hormon Estrogen
Hormon
estrogen yang diberikan biasanya berbentuk tablet dank rim. Pemberian hormon
ini dilakukan terhadap penderita yang sudah memasuki masa menopause atau lanjut
usia.
d.
Operasi Kecil
Operasi
kecil perlu dilakukan jika penyebab keputihan adalah tumor jinak, misalnya papiloma.
e.
Pembedahan, Radioterapi, atau kemoterapi
Metode
pengobatan ini dilakukan jika penyebab keputihan adalah kanker serviks atau
kenker kandungan lainnya. Selain itu, metode pengobatan ini juga dilakukan
dengan mengacu pada stadium kankernya (Bahari, 2012).
D. Remaja
1.
Pengertian
Remaja atau “adolescence”, berasal dari bahasa latin
adolescare yang berarti tumbuhkearah
kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja,
tetapi juga kematangan sosial dan psikologis (Widyastuti, Rahmawati,
Purnamaningrum, 2009).
Batasan usia remaja menurut WHO adalah
usia 12 sampai 24 tahun. Menurut Depkes RI adalah antara 10 sampai 19 tahun dan
belum kawin. Menurut BKKBN adalah 10 sampai 19 tahun.
Masa remaja adalah masa transisi yang
ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja yakni
antara usia 10 – 19 tahun, adalah suatu periode masa pematangan organ
reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas. Masa remaja adalah periode peralihan dan masa anak
ke masa.
Pada masa remaja tersebut terjadilah
suatu perubahan organ – organ fisik (organobiologik)
secara cepat, dan perubahan tersebut tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan
(mental emosional). Terjadilah perubahan besar ini umumnya membingungkan remaja
yang mengalaminya. Dalam hal inilah para ahli dalam bidang ini, memandang perlu
akan adanya pengertian, bimbingan dan dukungan dari lingkungan disekitarnya,
agar dalam sistem perubahan tersebut terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang
sehat sedemikian rupa sehingga kelak remaja tersebut menjadi manusia dewasa
yang sehat secara jasmani, rohani dan social (Widyastuti, Rahmawati,
Purnamaningrum, 2009).
Terjadinya kematangan seksual atau
alat – alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem reproduksi, merupakan suatu
bagian penting dalam kehidupan remaja sehingga diperlukan perhatian khusus,
karena bila timbul dorongan – dorongan seksual yang tidak sehat akan menimbulkan
perilaku seksual yang tidak bertanggung jawab. Inilah sebabnya maka para ahli
dalam bidang ini berpendapat bahwa kesetaraan perlakuan terhadap remaja pria
dan wanita, agar dapat tertangani secara
tuntas (Widyastuti, Rahmawati, Purnamaningrum, 2009).
2.
Perkembangan
Remaja dan ciri – cirinya
Menurut Kumalasari dan
Andhyantoro (2012), berdasarkan sifat atau ciri perkembangannya, masa remaja
ada tiga tahap, yaitu :
a. Masa
Remaja Awal (10 – 12 tahun)
1) Tampak
dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya.
2) Tampak
dan merasa ingin bebas.
3) Tampak
dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir yang
khayal (abstrak).
b. Masa
Remaja Tengah (13 – 15 tahun)
1) Tampak
dan merasa ingin mencari identitas diri.
2) Ada
keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis.
3) Timbul
perasaan cinta yang mendalam.
4) Kemampuan
berpikir abstrak (berkhayal) makin berkembang.
5) Berkhayal
mengenai hal – hal yang berkaitan dengan seksual.
c. Masa
Remaja Akhir (16 – 19 tahun)
1) Menampakkan
pengungkapan kebebasan diri.
2) Dalam
mencari teman sebaya lebih selektif.
3) Memiliki
citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya.
4) Dapat
mewujudkan perasaan cinta.
5) Memiliki
kemampuan berpikir khayal atau abstrak.
3.
Perubahan
Fisik pada Remaja
Pada masa remaja terjadilah suatu pertumbuhan fisik yang cepat
disertai banyak perubahan, termasuk di dalamnya pertumbuhan organ-organ
reproduksi (organ seksual) sehingga tercapai kematangan yang ditunjukan dengan
kemampuan melaksanakan fungsi reproduksi perubahan yang terjadi pada pertumbuhan
tersebut diikuti munculnya tanda-tanda sebagai berikut :
a.
Rambut.
Rambut
kemaluan pada wanita juga tumbuh seperti halnya remaja laki- laki.tumbuhnya
rambut kemaluan ini terjadi setelah pinggul dan payudara mulai berkembang. Bulu
ketiak dan bulu pada kulit wajah mulai tampak setelah haid. Semua rambut
kecuali rambut wajah mula-mula lurus dan terang warnanya, kemudian menjadi
lebih subur, kasar, lebih gelap dan agak keriting.
b.
Pinggul
Pinggul
menjadi berkembang, membesar dan membulat hal ini sebagai akibat membesarnya
tulang pinggul dan berkembangnya lemak dibawah kulit.
c.
Payudara
Seiring
pinggul membesar, maka payudara juga membesar dan puting susu menonjol. Hal ini
terjadi sesuai dengan berkembang dan makin besarnya kelenjar susu sehingga
payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat.
d.
Kulit
Kulit
seperti halnya laki-laki juga menjadi kasar, lebih tebal, pori-pori membesar.
Akan tetapi berbeda dengan laki-laki kulit pada wanita lebih lembut.
e.
Kelenjar lemak dan
kelenjar keringat
Kelenjar lemak dan
kelenjar keringat menjadi lebih aktif. sumbatan kelenjar lemak dapat
menyebabkan jerawat. kelenjar keringat dan baunya menusuk sebelum dan selama
masa haid.
f.
Otot
Menjelang akhir masa
puber, otot semakin membesar dan kuat, akibatnya akan membentuk bahu, lengan
dan tungkai kaki.
g.
Suara
Suara berubah semakin
merdu.suara serak jarang terjadi pada wanita (Widyastuti,
Rahmawati, Purnamaningrum, 2009).
E.
Kerangka
Teori
Kerangka teori adalah
ringkasan dari tinjauan pustaka yang digunakan untuk mengidentifikasi variabel
– variabel yang diteliti (diamati) yang berkaitan dengan konteks ilmu
pengetahuan yang digunakan untuk mengembangkan kerangka konsep penelitian
(Notoatmodjo, 2010).
F. Kerangka Konsep
Kerangka
konsep adalah kerangka hubungan antara konsep – konsep yang ingin diamati atau
diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2010).
Kerangka konsep penelitian ini
dapat digambarkan sebagai berikut :
No comments:
Post a Comment