BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Berdasarkan klasifikasi Angka Kematian Ibu( AKI) dari World Health Organization (WHO) adalah sebagai berikut; kurang 15 per
100.000 kelahiran hidup; 15 -199 per 100.000 kelahiran Perbandingan Indonesia
dengan negara anggota Asean dan Sear 261
hidup; 200-499 per 100.000 kelahiran hidup; 500-999 per 100.000 kelahiran
hidup; dan sama dengan atau lebih 1.000 per kelahiran hidup. Pada tahun 2011 di
kawasan ASEAN hanya Singapura yang memiliki angka kematian Ibu rendah, yakni
mencapai AKI kurang dari 15 yaitu 3 per 100.000 kelahiran hidup. Ada 5 negara
memiliki AKI 15-199 per 100.000 kelahiran hidup, yakni: Brunei Darussalam (24),
Filipina (99), Malaysia (29), Vietnam (59), dan Thailand (48) serta 4 negara
memiliki AKI 200-499 per 100.000 kelahiran hidup, termasuk Indonesia.Laos
merupakan negara denganAKI tertinggi di ASEAN dengan angka 470 per 100.000
kelahiran hidup.AKI di Indonesia mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup.
Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan Vietnam (59/100.000), dan Cina (37/100.000).
Ini menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan AKI tertinggi asia,
tertinggi ke-3 di kawasan ASEAN dan ke-2 tertinggi di kawasan SEAR.
Klasifikasi AKI dari WHO bisa dilihat bahwa derajat
kesehatan di Indonesia masih sangat
buruk,terlihat dari
AKI yang masih tinggi
dan menempati urutan ke 3 di kawasan ASEAN. Myanmar merupakan negara
yang memiliki AKB tertinggi di kawasanASEAN dengan angka 47,9 per 1.000
kelahiran hidup. Empat negara termasuk Indonesiadiantara Filipina, Laosdan
Kamboja termasukkelompok sedang.Sedangkan ke limanegara lainnya yaituSingapura,
Malaysia,Brunei Darussalam,Thailand dan Vietnamtermasuk Negara dengan AKIrendah. Dari 10negara anggota
ASEAN,tidak ada yang masukdalam kelompok AKI sangattinggi (>100 per
1.000kelahiran hidup). Menurut The
UN-Interagency Group for Child Mortality Estimates(IGME), Tahun 2011,AKI
yang dimiliki Indonesia adalah 24,8 kematian per 1.000 kelahiranhidup pada
2011. Meski AKI di Indonesia terus menurun tiap tahun AKI di Negara Asean dan SEAR tahun 2011
meningkat.
Profil Kesehatan Indonesia 2012 258 namun tingkat
kematian bayi di Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkandengan
negara-negara anggota ASEAN, yaitu 4,2 kali lebih tinggi dari Malaysia, 1,2
kali lebih tinggi dari Filipina, dan 2,2 kali lebih tinggi dari Thailand.Dari
data di atas ternyata Indonesia juga
termasuk penyumbang AKB terbesar di kawasan ASEAN.
Negara-negara
dengan tingkat kematian bayi diatas 100 mempunyai angka rata-rata tingkat
fertilitas 6,2 anak. Hal ini mengindikasikan bahwa negara-negara yang mempunyai
tingkat kematian bayi yang tinggi mempunyai tingkat pertumbuhan penduduk
tercepatdi dunia. Berdasarkan klasifikasi yang sama maka 3 negara di SEAR,
yaitu Maladewa, Thailand,dan Sri Lanka masuk dalam kategori negara dengan AKI rendah
denganangka 9, 11 dan 11 per 1.000 kelahiran hidup. Tujuh negara masuk kategori
sedang dansatu negara (Myanmar) masuk kategori tinggi.
Besaran AKI di
negara-negara ASEAN dan SEAR berkisar antara 2 dan50. Singapura merupakan
negara dengan AKB terendah, yaitu 2 per
1.000 kelahiran hidup. Sedangkan AKB tertinggi di Myanmar, yaitu sebesar 48 per
1.000 kelahiran hidup. Indonesia memiliki Angka Kematian Bayi 37 per 1.000
kelahiran hidup dan berada diperingkat 10 terendah di antara 18 negara tersebut.
Data
WHO 2003, AKB di Indonesia sebagian
besar terkait dengan faktor nutrisi yaitu sebesar 53 persen. Beberapa penyakit
yangtimbul akibat malnutrisi antara lain pneumonia (20%), diare (15%), dan
perinatal (23%).AKB
diklasifikasikan menjadi empat kelompok yaitu rendah jika AKB kurang dari 20;
sedang 20-49; tinggi 50-99; dan sangat tinggi jika AKB di atas 100 per1.000
kelahiran hidup.
Di Lihat dari angka kematian, latar belakang
kematian maternal adalah perdarahan obtetrik(24,8%), infeksi (14,9%), eklampsia
(12,9%), partus tidak maju/distosia (6,9%), abortus yang idak aman (12,9%), dan
sebab-sebab langsung lain (7,9%). AKB di Provinsi Lampung berdasarkan hasil
survey dalam hal ini SDKI yang dilakukan setiap lima tahun. Di provinsi Lampung
berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002 – 2012
trendnya menunjukkan kecenderungan menurun
yaitu dari 55 per 1000 kelahiran hidup tahun 2002 menjadi 30 per 1000 Kelahiran
Hidup tahun 2012. Angka ini bila dibandingkan dengan target dari MDGs tahun
2015 sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup maka masih perlu kerja keras untuk
mencapainya.
Kematian bayi terbesar terjadi pada masa bayi
perinatal (0-6 hari),diikuti kematian pada masa bayi neonatal (7 – 28 hari) dan
masa bayi (>28 hari kurang dari1 tahun). Penyebab kematian bayi perinatal
dan neonatal di Provinsi Lampung tahun 2012 pada dua terbesar disebabkan oleh
BBLR dan Asfiksia.
Berdasarkan laporan per Kabupaten,
kota se-Provinsi Lampung tahun 2012, angka kematian bayi (AKB) per 1000
kelahiran hidup per kabupaten kota se-provinsi Lampung tahun 2012:
l). Lampung Barat 12,;2). Tanggamus 68,;3). Lampung Selatan 54,;4). Lampung
Timur 47,5). Lampung Tengah 17;6 Lampung Utara 69,;7). Way Kanan 29,;8). Tulang
Bawang 66,;9). Pesawaran 37,; 10). Pringsewu 51,;11). Mesuji 30,;12).Tulang Bawang
Barat 27,;13), Bandar Lampung 169,; dan 14) Metro 16. Dari data di atas kasus
kematian bayi terbesar ada di kota Bandar
Lampung yaitu 169 kasus kematian bayi .
AKI yang dihasilkan dari SDKI dan SKRT hanya
menggambarkan angkanasional, tidak dirancang untuk mengukur angka kematian ibu
menurut Provinsi (karena memerlukan sampel & biaya yang sangat besar).Angka
Kematian Ibusampai saat ini baru diperoleh dari survey-survey terbatas.AKI
selama tahun1997 – 2007 cenderung menurun dimana dari 370 per 100.000 kelahiran
hidupmenjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2007.
Angka Kematian Ibu (AKI) berdasarkan laporan dari
Kabupaten kota
tahun 2012 sebesar
115,8 per 100.000 Kelahiran Hidup, namun angka ini tidak dapat dipergunakan
karena angka tidak menggambarkan seluruh kematian ibuyang ada di populasi (data
hanya dari fasilitas kesehatan saja). Sehingga tetap mempergunakan data dari
hasil survey dalam hal ini SDKI yang dilakukan setiaplima tahun sekali.
Bila
dilihat berdasarkan kasus kematian yang ada di Provinsi Lampung tahun 2012
berdasarkan laporan dari kabupaten terlihat bahwa kasus kematian ibu(kematian
ibu pada saat hamil, saat melahirkan dan nifas) seluruhnya sebanya AKI
berdasarkan laporan dari Kabupaten kotatahun 2012 sebesar 115,8 per 100.000
kelahiran hidup, namun angka ini tidakdapat dipergunakan karena angka tidak
menggambarkan seluruh kematian ibu yang ada di populasi (data hanya dari
fasilitas kesehatan saja). Sehingga tetap mempergunakan data dari hasil survey
dalam hal ini SDKI yang dilakukan setiap lima tahun sekali. Bila dilihat berdasarkan kasus kematian
yang ada di Provinsi Lampung tahun 2012 berdasarkan laporan dari kabupaten
terlihat bahwa kasus kematian ibu (kematian ibu pada saat hamil, saat
melahirkan dan nifas) seluruhnya sebanyak 179 kasus dimana kasus kematian ibu
terbesar ( 59,78% ) terjadi pada saat persalinan dan 70,95% terjadi pada usia
20 – 34 tahun.Penyebab kasus kematian ibu di Provinsi lampung tahun 2012
disebabkanoleh perdarahan, eklamsi, infeksi dan lain-lain (Kemenkes, 2012).
Hasil
laporan dari kabupaten se-Provinsi Lampung tahun 2012 kasus kematian ibu
tertinggi ada di Kota Bandar Lampung. Ternyata
penyebab kematian maternal yang paling tinggi adalah disebabkan karena
perdarahan obstetric. Perdarahan
banyak terjadi akibat persalinan lama,atau sering disebut “distosia”, di definisikan
persalinan abnormal
atau sulit (Prawirohardjo, 2010).
Perdarahan
biasanya terjadi pada persalinan lama,dan persalinan lama juga bisa disebabkan
karena keadaan fisik ibu yang sudah lama meneran, atau cara meneran yang
berlebihan, sehingga menyebabkan ibu sulit bernafas sehingga terjadi kelelahan
yang tidak perlu,ada kalanya ibu merasa khawatir dalam menjalani kala II. Berikan
rasa aman dan semangat serta tentramkan hatinyaselama proses persalinan
berlangsung. Dukungan dan perhatian akan mengurangi rasa tegang,membantu
kelancaran proses prsalinan dan kelahiran bayi. Dukungan dari suami, orang tua
, dan keraba yang disukai ibu sangat dipelukan dalam menjalani proses
persalinan. Adapun factor penyebab persalinan lama adalah usia ibu, paritas,
dukungan orang terdekat, psikis ibu saat persalinan (JNPK-KR, 2008).
Dalam
hal ini,pendamping persalinan cukup berpengaruh dengan proses persalinan,khususnya
pada lama kala II. Karena kelahiran merupakan proses fisiologis yang diwarnai
komponen psikologis. Dengan menghindarkan atau mengurangi stress psikologis ibu
dan meningkatkan rasa sejahtera bagi ibu, dapat mendorong proses fisiologis
persalinan sehingga terjadi kemajuan persalinan (Sari, 2010). Berdasarkan
penelitian Novita Sari tahun 2010 di RB Ann-Nisa Surakarta, ternyata seorang
pendamping persalinan berpengaruh terhadap lama kala II.
Menurut Wiknjosastro (2005) batasan
lama persalinan normal kala II pada primigravida berlangsung kira-kira 1,5 jam
dan pada multigravida berlangsung kira-kira 0,5 jam (Sari, 2010).
Berdasarkan
data-data diatas, maka sentral dari latar belakang penelitian ini adalah
terjadinya penurunan AKB di dunia pada tahun 2007 dibandingkan dengan 2012. AKI
dan AKB di Indonesia juga masih cukup tinggi, peringkat ke 5. Perdarahan
merupakan salah satu factor penyumbang AKI di dunia. Perdarahan juga terjadi
disebabkan beberapa hal, salah satunya yaitu kala II lama, kala II lama terjadi
karena beberapa factor diantaranya keadaan fisik dan psikologi ibu. Psikologi
ibu dapat dipengaruhi karena pendamping persalinan, karena adanya pendamping
persalinan dapat mempengaruhi kekuatan ibu meneran.
Hasil
pra survey yang dilakukan oleh peneliti di BPS Fika Saumi, S.ST, didapatkan persalinan
lama kala II disebabkan karena tidak adanya pendamping saat ibu bersalin, dari
hal tersebut maka peneliti mengambil judul “Hubungan Pendamping Persalinan
Dengan Lama Kala II di BPS Fika Saumi, S.ST Tahun 2011-2013”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan suatu masalah yaitu: “Menganalisis
Hubungan Pendamping Persalinan Dengan Lama Kala II di BPS Fika Saumi, S.ST
Tahun 2011-2013?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan
Umum
Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis Hubungan
Pendamping Persalinan Dengan Lama Kala II di di BPS Fika Saumi, S.ST Tahun
2011-2013.
2. Tujuan
Khusus
a.
Menghitung distribusi frekuensipendamping
ibu bersalin
b.
Menghitung distribusi frekuensi kejadian
lama kala II
c.
Membandingkan Risk Ratio (RR) antara kelompok pendamping persalinan suami dan
bukan suami dengan lama kala II.
D. Ruang Lingkup Penelitian
Adapun yang menjadi ruang lingkup dari
penelitian hubungan pendamping persalinan dengan lama kala II adalah Jenis
penelitian menggunakan deskriptif analitik, variabel penelitian Pendamping Persalinan
Dengan Lama Kala II, objek penelitian
adalah semua ibu bersalin, lokasi penelitian dilaksanakan di BPS Fika Saumi, S.ST pada
bulan Februari-Juni 2014.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi
Peneliti
Sebagai salah satu syarat dalam
rangka menyusun tugas akhir pendidikan Diploma III Kebidanan STIKes
Muhammadiyah Pringsewu Lampung.
2. Bagi
Tempat Penelitian
Diharapkan dengan adanya penelitian ini
dapat dijadikan masukan bagi bidan dalam pelayanan kesehatan, khususnya ibu bersalin
dengan pendampingan persalinan
3. Bagi
Institusi
Hasil penelitian ini dapat di
gunakan sebagai bahan masukan dan sebagai bahan perbandingan bagi mahasiswi
program study Diploma III Kebidanan STIKes Muhammadiyah Pringsewu.
4. Bagi
Responden
Diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan
bagi ibu bersalin untuk mengajak seseorang dalam persalinan.
No comments:
Post a Comment