Thursday, July 6, 2017

Hubungan Pendamping Persalinan Dengan Lama Kala II

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Berdasarkan klasifikasi Angka Kematian Ibu( AKI) dari World Health Organization (WHO) adalah sebagai berikut; kurang 15 per 100.000 kelahiran hidup; 15 -199 per 100.000 kelahiran Perbandingan Indonesia dengan negara anggota Asean dan Sear  261 hidup; 200-499 per 100.000 kelahiran hidup; 500-999 per 100.000 kelahiran hidup; dan sama dengan atau lebih 1.000 per kelahiran hidup. Pada tahun 2011 di kawasan ASEAN hanya Singapura yang memiliki angka kematian Ibu rendah, yakni mencapai AKI kurang dari 15 yaitu 3 per 100.000 kelahiran hidup. Ada 5 negara memiliki AKI 15-199 per 100.000 kelahiran hidup, yakni: Brunei Darussalam (24), Filipina (99), Malaysia (29), Vietnam (59), dan Thailand (48) serta 4 negara memiliki AKI 200-499 per 100.000 kelahiran hidup, termasuk Indonesia.Laos merupakan negara denganAKI tertinggi di ASEAN dengan angka 470 per 100.000 kelahiran hidup.AKI di Indonesia mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan Vietnam (59/100.000), dan Cina (37/100.000). Ini menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan AKI tertinggi asia, tertinggi ke-3 di kawasan ASEAN dan ke-2 tertinggi di kawasan SEAR.
Klasifikasi AKI dari WHO bisa dilihat bahwa derajat kesehatan di Indonesia  masih  sangat   buruk,terlihat  dari  AKI  yang masih  tinggi  dan menempati urutan ke 3 di kawasan ASEAN. Myanmar merupakan negara yang memiliki AKB tertinggi di kawasanASEAN dengan angka 47,9 per 1.000 kelahiran hidup. Empat negara termasuk Indonesiadiantara Filipina, Laosdan Kamboja termasukkelompok sedang.Sedangkan ke limanegara lainnya yaituSingapura, Malaysia,Brunei Darussalam,Thailand dan Vietnamtermasuk  Negara dengan AKIrendah. Dari 10negara anggota ASEAN,tidak ada yang masukdalam kelompok AKI sangattinggi (>100 per 1.000kelahiran hidup). Menurut The UN-Interagency Group for Child Mortality Estimates(IGME), Tahun 2011,AKI yang dimiliki Indonesia adalah 24,8 kematian per 1.000 kelahiranhidup pada 2011. Meski AKI di Indonesia terus menurun tiap tahun  AKI di Negara Asean dan SEAR tahun 2011 meningkat.
Profil Kesehatan Indonesia 2012 258 namun tingkat kematian bayi di Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkandengan negara-negara anggota ASEAN, yaitu 4,2 kali lebih tinggi dari Malaysia, 1,2 kali lebih tinggi dari Filipina, dan 2,2 kali lebih tinggi dari Thailand.Dari data di atas ternyata Indonesia juga  termasuk  penyumbang  AKB terbesar di kawasan ASEAN.
Negara-negara dengan tingkat kematian bayi diatas 100 mempunyai angka rata-rata tingkat fertilitas 6,2 anak. Hal ini mengindikasikan bahwa negara-negara yang mempunyai tingkat kematian bayi yang tinggi mempunyai tingkat pertumbuhan penduduk tercepatdi dunia. Berdasarkan klasifikasi yang sama maka 3 negara di SEAR, yaitu Maladewa, Thailand,dan Sri Lanka masuk dalam kategori negara dengan AKI rendah denganangka 9, 11 dan 11 per 1.000 kelahiran hidup. Tujuh negara masuk kategori sedang dansatu negara (Myanmar) masuk kategori tinggi.
Besaran AKI di negara-negara ASEAN dan SEAR berkisar antara 2 dan50. Singapura merupakan negara  dengan AKB terendah, yaitu 2 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan AKB tertinggi di Myanmar, yaitu sebesar 48 per 1.000 kelahiran hidup. Indonesia memiliki Angka Kematian Bayi 37 per 1.000 kelahiran hidup dan berada diperingkat 10 terendah di antara 18 negara tersebut. Data WHO 2003, AKB di Indonesia sebagian besar terkait dengan faktor nutrisi yaitu sebesar 53 persen. Beberapa penyakit yangtimbul akibat malnutrisi antara lain pneumonia (20%), diare (15%), dan perinatal (23%).AKB diklasifikasikan menjadi empat kelompok yaitu rendah jika AKB kurang dari 20; sedang 20-49; tinggi 50-99; dan sangat tinggi jika AKB di atas 100 per1.000 kelahiran hidup.
Di Lihat dari angka kematian, latar belakang kematian maternal adalah perdarahan obtetrik(24,8%), infeksi (14,9%), eklampsia (12,9%), partus tidak maju/distosia (6,9%), abortus yang idak aman (12,9%), dan sebab-sebab langsung lain (7,9%). AKB di Provinsi Lampung berdasarkan hasil survey dalam hal ini SDKI yang dilakukan setiap lima tahun. Di provinsi Lampung berdasarkan Survey  Demografi  Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002 – 2012 trendnya  menunjukkan kecenderungan menurun yaitu dari 55 per 1000 kelahiran hidup tahun 2002 menjadi 30 per 1000 Kelahiran Hidup tahun 2012. Angka ini bila dibandingkan dengan target dari MDGs tahun 2015 sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup maka masih perlu kerja keras untuk mencapainya.
Kematian bayi terbesar terjadi pada masa bayi perinatal (0-6 hari),diikuti kematian pada masa bayi neonatal (7 – 28 hari) dan masa bayi (>28 hari kurang dari1 tahun). Penyebab kematian bayi perinatal dan neonatal di Provinsi Lampung tahun 2012 pada dua terbesar disebabkan oleh BBLR dan Asfiksia.
Berdasarkan laporan per Kabupaten, kota se-Provinsi Lampung tahun 2012, angka kematian bayi (AKB) per 1000 kelahiran hidup per kabupaten kota se-provinsi Lampung tahun 2012: l). Lampung Barat 12,;2). Tanggamus 68,;3). Lampung Selatan 54,;4). Lampung Timur 47,5). Lampung Tengah 17;6 Lampung Utara 69,;7). Way Kanan 29,;8). Tulang Bawang 66,;9). Pesawaran 37,; 10). Pringsewu 51,;11). Mesuji 30,;12).Tulang Bawang Barat 27,;13), Bandar Lampung 169,; dan 14) Metro 16. Dari data di atas kasus kematian bayi  terbesar ada di kota Bandar Lampung yaitu 169 kasus kematian bayi .
AKI yang dihasilkan dari SDKI dan SKRT hanya menggambarkan angkanasional, tidak dirancang untuk mengukur angka kematian ibu menurut Provinsi (karena memerlukan sampel & biaya yang sangat besar).Angka Kematian Ibusampai saat ini baru diperoleh dari survey-survey terbatas.AKI selama tahun1997 – 2007 cenderung menurun dimana dari 370 per 100.000 kelahiran hidupmenjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2007.
Angka Kematian Ibu (AKI) berdasarkan laporan dari Kabupaten kota
tahun 2012 sebesar 115,8 per 100.000 Kelahiran Hidup, namun angka ini tidak dapat dipergunakan karena angka tidak menggambarkan seluruh kematian ibuyang ada di populasi (data hanya dari fasilitas kesehatan saja). Sehingga tetap mempergunakan data dari hasil survey dalam hal ini SDKI yang dilakukan setiaplima tahun sekali.
Bila dilihat berdasarkan kasus kematian yang ada di Provinsi Lampung tahun 2012 berdasarkan laporan dari kabupaten terlihat bahwa kasus kematian ibu(kematian ibu pada saat hamil, saat melahirkan dan nifas) seluruhnya sebanya AKI berdasarkan laporan dari Kabupaten kotatahun 2012 sebesar 115,8 per 100.000 kelahiran hidup, namun angka ini tidakdapat dipergunakan karena angka tidak menggambarkan seluruh kematian ibu yang ada di populasi (data hanya dari fasilitas kesehatan saja). Sehingga tetap mempergunakan data dari hasil survey dalam hal ini SDKI yang dilakukan setiap lima tahun sekali.      Bila dilihat berdasarkan kasus kematian yang ada di Provinsi Lampung tahun 2012 berdasarkan laporan dari kabupaten terlihat bahwa kasus kematian ibu (kematian ibu pada saat hamil, saat melahirkan dan nifas) seluruhnya sebanyak 179 kasus dimana kasus kematian ibu terbesar ( 59,78% ) terjadi pada saat persalinan dan 70,95% terjadi pada usia 20 – 34 tahun.Penyebab kasus kematian ibu di Provinsi lampung tahun 2012 disebabkanoleh perdarahan, eklamsi, infeksi dan lain-lain (Kemenkes, 2012).
Hasil laporan dari kabupaten se-Provinsi Lampung tahun 2012 kasus kematian ibu tertinggi ada di Kota Bandar Lampung. Ternyata penyebab kematian maternal yang paling tinggi adalah disebabkan karena perdarahan obstetric. Perdarahan banyak terjadi akibat persalinan lama,atau sering disebut “distosia”, di definisikan persalinan abnormal atau sulit (Prawirohardjo, 2010).
Perdarahan biasanya terjadi pada persalinan lama,dan persalinan lama juga bisa disebabkan karena keadaan fisik ibu yang sudah lama meneran, atau cara meneran yang berlebihan, sehingga menyebabkan ibu sulit bernafas sehingga terjadi kelelahan yang tidak perlu,ada kalanya ibu merasa khawatir dalam menjalani kala II. Berikan rasa aman dan semangat serta tentramkan hatinyaselama proses persalinan berlangsung. Dukungan dan perhatian akan mengurangi rasa tegang,membantu kelancaran proses prsalinan dan kelahiran bayi. Dukungan dari suami, orang tua , dan keraba yang disukai ibu sangat dipelukan dalam menjalani proses persalinan. Adapun factor penyebab persalinan lama adalah usia ibu, paritas, dukungan orang terdekat, psikis ibu saat persalinan (JNPK-KR, 2008).
Dalam hal ini,pendamping persalinan cukup berpengaruh dengan proses persalinan,khususnya pada lama kala II. Karena kelahiran merupakan proses fisiologis yang diwarnai komponen psikologis. Dengan menghindarkan atau mengurangi stress psikologis ibu dan meningkatkan rasa sejahtera bagi ibu, dapat mendorong proses fisiologis persalinan sehingga terjadi kemajuan persalinan (Sari, 2010). Berdasarkan penelitian Novita Sari tahun 2010 di RB Ann-Nisa Surakarta, ternyata seorang pendamping persalinan berpengaruh terhadap lama kala II.
Menurut Wiknjosastro (2005) batasan lama persalinan normal kala II pada primigravida berlangsung kira-kira 1,5 jam dan pada multigravida berlangsung kira-kira 0,5 jam (Sari, 2010).
Berdasarkan data-data diatas, maka sentral dari latar belakang penelitian ini adalah terjadinya penurunan AKB di dunia pada tahun 2007 dibandingkan dengan 2012. AKI dan AKB di Indonesia juga masih cukup tinggi, peringkat ke 5. Perdarahan merupakan salah satu factor penyumbang AKI di dunia. Perdarahan juga terjadi disebabkan beberapa hal, salah satunya yaitu kala II lama, kala II lama terjadi karena beberapa factor diantaranya keadaan fisik dan psikologi ibu. Psikologi ibu dapat dipengaruhi karena pendamping persalinan, karena adanya pendamping persalinan dapat mempengaruhi kekuatan ibu meneran.
Hasil pra survey yang dilakukan oleh peneliti di BPS Fika Saumi, S.ST, didapatkan persalinan lama kala II disebabkan karena tidak adanya pendamping saat ibu bersalin, dari hal tersebut maka peneliti mengambil judul “Hubungan Pendamping Persalinan Dengan Lama Kala II di BPS Fika Saumi, S.ST Tahun 2011-2013”.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan suatu masalah yaitu: “Menganalisis Hubungan Pendamping Persalinan Dengan Lama Kala II di BPS Fika Saumi, S.ST Tahun 2011-2013?”

C.    Tujuan Penelitian
            1.      Tujuan Umum
            Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis  Hubungan Pendamping Persalinan Dengan Lama Kala II di di BPS Fika Saumi, S.ST Tahun 2011-2013.

             2.      Tujuan Khusus
a.       Menghitung distribusi frekuensipendamping ibu bersalin
b.      Menghitung distribusi frekuensi kejadian lama kala II
c.       Membandingkan Risk Ratio (RR) antara kelompok pendamping persalinan suami dan bukan suami dengan lama kala II.

D.    Ruang Lingkup Penelitian
        Adapun yang menjadi ruang lingkup dari penelitian hubungan pendamping persalinan dengan lama kala II adalah Jenis penelitian menggunakan deskriptif analitik, variabel penelitian Pendamping Persalinan Dengan Lama  Kala II, objek penelitian adalah semua ibu bersalin, lokasi penelitian  dilaksanakan di BPS Fika Saumi, S.ST pada bulan Februari-Juni 2014.

E.     Manfaat Penelitian
            1.      Bagi Peneliti
            Sebagai salah satu syarat dalam rangka menyusun tugas akhir pendidikan Diploma III Kebidanan STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung.
            2.      Bagi Tempat Penelitian
            Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi bidan dalam pelayanan kesehatan, khususnya ibu bersalin dengan pendampingan persalinan
            3.      Bagi Institusi
            Hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai bahan masukan dan sebagai bahan perbandingan bagi mahasiswi program study Diploma III Kebidanan STIKes Muhammadiyah Pringsewu.
           4.      Bagi Responden
            Diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan bagi ibu bersalin untuk mengajak seseorang dalam persalinan.

No comments:

Post a Comment