Wednesday, July 5, 2017

Hubungan status ekonomi dan pengetahuan dengan kejadian anemia pada ibu hamil



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Status Ekonomi
1.      Pengertian
Ekonomi adalah sarana untuk memenuhi kebutuhan yang meliputi tiga aspek yaitu produksi, konsumsi, dan distribusi. Status ekonomi adalah kedudukan seseorang atau keluarga di masyarakat berdasarkan pendapatan per bulan. Status ekonomi dapat dilihat dari pendapatan yang disesuaikan dengan harga barang pokok  (Haryanto, 2011).

            2.      Faktor yang Mempengaruhi Status Ekonomi
Menurut Friedman (2004) faktor yang mempengaruhi status ekonomi seseorang yaitu:
a.    Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin mudah dalam memperoleh pekerjaan, sehingga semakin banyak pula penghasilan yang diperoleh. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru dikenal.
           b.    Pekerjaan
Pekerjaan adalah simbol status seseorang dimasyarakat. Pekerjaan jembatan untuk memperoleh uang dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan untuk mendapatkan tempat pelayanan kesehatan yang di inginkan.
c.    Keadaan Ekonomi
Kondisi ekonomi keluarga yang rendah mendorong ibu hamil untuk tidak teratur dalam melakukan antenatal care
d.   Pendapatan
Pendapatan akan mempengaruhi status sosial seseorang, terutama akan ditemui dalam masyarakat yang materialis dan tradisional yang menghargai status sosial ekonomi yang tinggi terhadap kekayaan.

3.    Indikator Penilaian Kinerja Ekonomi
      Indikator penilaian kinerja ekonomi menurut Haryanto (2011) adalah :
a.    Input (masukan)
Tolok ukur kinerja ekonomi berdasarkan tingkat atau besaran sumber-sumber dana, sumber daya manusia, material, teknologi, yang di gunakan untuk melaksanakan kegiatan.
b.    Output (keluaran)
Tolok ukur berdasarkan produk atau jasa yang di hasilkan dari kegiatan yang sesuai dengan masukan yang digunakan.
c.    Outcome (hasil)
Tingkat keberhasilan yang dapat di capai berdasarkan kegiatan yang sudah di laksanakan.
d.   Benefit (manfaat)
Tolok ukur berdasarkan tingkat manfaat yang dapat di rasakan sebagai nilai tambahan bagi masyarakat.
e.    Impact (dampak)
Tolok ukur berdasarkan dari dampak terhadap kondisi yang ingin di capai dari manfaat.

4.    Tingkatan Ekonomi
a.    Adekuat
Adekuat menyatakan uang yang dibelanjakan atas dasar suatu permohonan bahwa pembiayaan adalah tanggung jawab kedua orang tua. Keluarga menganggarkan dan mengatur biaya secara realisitis.
b.    Marginal
Pada tingkat marginal sering terjadi ketidaksepakatan dan perselisihan siapa yang seharusnya mengontrol pendapatan dan pengeluaran.
c.    Miskin
Keluarga tidak bisa hidup dengan caranya sendiri, pengaturan keuangan yang buruk akan menyebabkan didahulukannya kemewahan. Diatas kebutuhan pokok, manajemen keuangan yang sangat buruk dapat atau tidak membahayakan kesejahteraan anak, tetapi pengeluaran dan kebutuhan keuangan melebihi penghasilan. 
d.   Sangat Miskin
      Menejemen keuangan yang sangat jelek, termasuk pengeluaran saja dan  berhutang terlalu banyak, serta kurang tersedianya kebutuhan dasar (Dr. Suparyanto, M. Kes, 2011).

5.    Penggolongan Kelas Status Ekonomi
      Pembagian kelas ekonomi menurut Lembaga Sosial kabupaten Pringsewu tahun 2012 upah minimum regional (UMR) seseorang dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu:
a.    Penghasilan tipe kelas atas > Rp. 900.000,
b.    Penghasilan tipe kelas bawah< Rp. 900.000.
( Lembaga Sosial Kabupaten Pringsewu, 2012)
Menurut Saraswati (2009) status ekonomi dibagi menjadi 3 tipe, yaitu :
a.Tipe kelas atas (> Rp2.000.000)
b.Tipe kelas menengah (Rp.1.000.000-2.000.000)
c.Tipe kelas bawah (< Rp 1.000.000)

B.     Pengetahuan
1.      Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya) terhadap suatu objek tertentu, Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda (Notoatmodjo, 2010).

2.      Tingkatan Pengetahuan
Tingkatan pengetahuan menurut Notoatmodjo (2005) :
a.       Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.
b.      Memahami (comprehention)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.
c.       Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain..
d.      Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan/atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut.
e.   Sintesis (syntesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki.
f.       Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu, kemampuan mempertimbangkan mana yang baik dan mana yang buruk dan memutuskan untuk mengambil tindakan tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.

  1. Pengukuran Pengetahuan
            Cara pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan membedakan tingkat pendidikan, wawancara, angket, mengamati (mengobservasi) perilaku seseorang terhadap suatu pemecahan masalah dan melakukan pengujian (test) pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkapkan determinan perilaku dari analisis faktor-fator yang mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain teori Lawrence Green (L. Green, dalam Notoatmodjo, 2003), mencoba menganalisa perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi perilaku (non behaviour causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau dibentuk dari 3 faktor, yaitu :
a. Faktor predisposisi (predisposing factor)
        Adalah faktor pencetus timbulnya perilaku seperti pikiran dan motivasi  atau perilaku yang   meliputi: pengetahuan, sikap, keyakinan, persepsi yang berhubungan dengan motivasi individu untuk berperilaku. Faktor yang lain adalah variabel demografi seperti status sosial, ekonomi, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan jumlah anggota keluarga.
b. Faktor pemungkin (enabling factor)
               Adalah faktor yang mendukung timbulnya perilaku sehingga motivasi dan pikiran menjadi kenyataan. Wujud dari faktor pendukung ini adalah seperti lingkungan dan sumber-sumber yang ada di masyarakat.
c. Faktor penguat (reinforcing factor)
Adalah faktor yang mendukung timbulnya perilaku yang berasal dari    orang lain, seperti keluarga, teman sebaya, dan petugas kesehatan.

4.  Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
                  Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan seseorang itu dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya:
a.       Tingkat pendidikan
Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingat pendidikannya lebih rendah.
b.      Sosial ekonomi
Sosial ekonomi dikaitkan dengan pendidikan, jika ekonomi seseorang baik maka pendidikan akan baik juga.
c.       Lingkungan
Lingkungan yang paling berpengaruh besar bagi seseorang adalah keluarga. Dalam lingkungan masyarakat antar warga terjadi transformasi pengetahuan dari satu dengan yang lainnya.
d.      Informasi
Sumber informasi dapat merangsang pengetahuan. Seseorang menerima informasi tersebut akan mempunyai persepsi dan pandangan yang berbeda dengan orang lain, sehingga akan mempengaruhi tingkat pengetahuan. Jadi baik atau buruknya pengetahuan seseorang tergantung kemampuan seseorang dalam perhatian, pemahaman dan penerimaan terhadap info yang diterima.
e.       Pengalaman
Dengan pengalaman yang diperolehnya, individu akan memperoleh informasi tentang suatu hal.
          5.      Klasifikasi Pengukuran Pengetahuan
Berdasarkan tingkatan pengetahuan di atas, maka pengetahuan menurut Alimul (2011) dapat diklasifikasikan menjadi sebagai berikut:
a.       Kriteria baik (jika 76%-100%)
b.      Kriteria cukup (jika  56%-75%)
c.       Kriteria kurang baik (jika < 56%)

C.    Anemia
  1. Pengertian Anemia
a.    Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau Hb kurang dari normal. Kadar Hb umumnya berbeda pada laki-laki dan perempuan. Untuk laki-laki <13,5 gr/100ml, dan perempuan < 12,0 gr/100ml (Atikah, 2011).
b.    Anemia adalah suatu keadaan adanya penurunan kadar hb, hematoktrit, dan jumlah eritrosit dibawah nilai normal (Ai Yeyeh, 2010).
  1. Penyebab Anemia
      Penyebab umum dari anemia menurut Kusumawardani (2010) adalah :
a.    Perdarahan Hebat
1)         Akut Mendadak
a)   Kecelakaan
b)   Pembedahan
c)   Persalinan
d)  Pecah pembuluh darah
2)      Kronik (Menahun)
a)   Perdarahan hidung
b)   Wasir (Hemoroid)
c)   Ulkus peptikum
d)  Kanker polip di saluran pencernaan
e)   Tumor ginjal atau kandung kemih
f)    Perdarahan menstruasi yang sangat banyak

b.    Berkurangnya pembentukan sel darah merah
1)      Kekurangan zat besi
2)      Kekurangan vitamin B12
3)      Kekurangan asam folat
4)      Kekurangan Vitamin C
5)      Penyakit kronik
c.  Meningkatnya penghancuran sel darah merah
1)      Pembesaran limpa
2)      Kerusakan mekanik pada sel darah merah
3)      Reaksi autoimun terhadap sel darah merah
4)      Hemoglobinuria nokturnal paroksimal
5)      Sferositosis herediter
6)      Kekurangan G6PD
7)      Penyakit sel sabit
8)      Penyakit hemoglobin C
9)      Penyakit hemoglobin S-C
10)  Penyakit hemoglobin E
11)  Thalasemia

  1. Gejala-Gejala Anemia
Beberapa gejala lain seperti : lemah, pucat, mudah pingsan, tekanan darah masih dalam batas normal, perlu dicurigai anemia defisiensi (Wiknjosastro, 2009)
Gejala–gejala yang disebabkan oleh pasokan oksigen yang tidak mencukupi kebutuhan ini, bervariasi. Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga,dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung (Kusumawardani, 2010).

  1. Diagnosis
Pemeriksaan darah sederhana bisa menentukan adanya anemia. Presentase sel darah merah dalam volume darah total (hematokrit) dan jumlah hemoglobin dalam suatu contoh darah bisa ditentukan. Pemeriksaan tersebut merupakan bagian dari hitung jenis darah komplit (CBG) (Kusumawardani, 2010)
      Untuk menegakkan diagnosis kehamilan dapat dilakukan dengan anamnesa. Pada anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, pusing, mata berkunang-kunang, dan keluhan mual-muntah lebih hebat pada bumil muda. Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan     alat sahli. Hasil pemeriksaan Hb dengan Sahli dapat digolongkan sebagai     berikut :
Hb 11 gr%       : tidak anemia
9-10 gr%         : anemia ringan
7-8 gr%           : anemia sedang
<7 gr%           : anemia berat
Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan, yaitu pada trimester I dan trimester II. Dengan pertimbangan bahwa ibu hamil          mengalami anemia, maka dilakukan pemberian preparat Fe sebanyak 90    tablet pada ibu hamil (Manuaba, 2010).

  1. Komplikasi-Komplikasi Dari Anemia
      Anemia pada ibu hamil bukan tanpa resiko menurut penelitian tingginya angka kematian ibu berkaitan erat dengan anemia. Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani, dan pada wanita hamil anemia dapat meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehailan dan persalinan seperti resiko kematian maternal, premature pada bayi, BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah), dan angka kematian perinatal meningkat (Ai yeyeh, 2010).

  1. Prognosis Untuk Anemia
      Prognosis anemia defisiensi besi dalam kehamilan umumnya baik bagi ibu dan anak. Persalinan dapat berlangsung seperti biasa tanpa perdarahan banyak atau komplikasi lain. Anemia berat yang tidak diobati dalam kehamilan muda dapat menyebabkan abortus, dan dalam kehamilan tua dapat menyebabkan partus lama, perdarahan postpartum, dan infeksi. Walaupun bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita anemia defisiensi besi tidak   menunjukkan Hb yang rendah, namun cadangan bisanya kurang, yang baru   beberapa bulan kemudian tampak anemia infantum.   (Wiknjosastro, 2009)

D.    Anemia pada Kehamilan
1.    Pengertian
      Anemia pada kehamilan adalah suatu keadaan dimana Hb <10gr/dl (Ht<30%) (Atikah, 2011).
      Anemia adalah kondisi ibu dalam kadar hb dibawah 11gr % pada trimester I dan III atau kadar < 10,5gr % pada trimester II (Wiknjosastro, 2009).
      Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi. Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia hamil biasanya disebut “potential denger to mother and child” (potensial yang membahayakan ibu dan anak), karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan pada lini terdepan (Manuaba, 2010).
     Anemia karena kekurangan zat besi adalah suatu keadaan dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin dalam sel darah berada dibawah normal, yang disebabkan karena kekurangan zat besi. Beberapa zat gizi diperlukan dalam pembentukan sel darah merah, yang paling penting adalah zat besi, vitamin B12 dan asam folat, tetapi tubuh juga memerlukan sejumlah kecil vitamin C, riboflavin, dan tembaga serta keseimbangan hormon, terutama eritropoietin (hormon yang merangsang pembentukan sel darah merah). Tanpa zat gizi, pembentukan sel darah merah akan berjalan lambat dan tidak mencukupi dan selnya bisa memiliki kelainan bentuk dan tidak mampu mengangkut oksigen sebagaimana mestinya, penyakit kronik juga bisa menyebabkan berkurangnya pembentukan sel darah merah (Kusumawardani, 2010) 

2.    Penyebab
      Penyebab anemia paling utama adalah kekurangan zat besi yang dihasilkan dari gizi dan nutrisi yang dikonsumsi ibu hamil selama kehamilan berlangsung (Atikah, 2011).

3.    Pengaruh Anemia pada Kehamilan dan Janin
      Pengaruh anemia terhadap kehamilan
a.    Bahaya selama kehamilan
1)   Dapat terjadi abortus
2)   Persalinan prematuritas
3)   Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim
4)   Mudah terjadi infeksi
5)   Ancaman dekompensasi kordis
6)   Mola hidatidosa
7)   Hiperemisis gravidarum
8)   Perdarahan antepartum
9)   Ketuban pecah dini (KPD)
b.    Bahaya saat persalinan
1)   Gangguan his dan berkurangnya kekuatan mengejan
2)   Kala pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi partus terlantar
3)   Kala kedua berlangsung lama hingga dapat melelahkan dan sering    memerlukan tindakan operasi kebidanan
4)   Kala uri dapat diikuti retensio plasenta, dan perdarahan postpartum
   karena atonia uteri
5)   Kala empat dapat terjadi perdarahan postpartum sekunder dan atonia
   Uteri.

4.    Pengaruh Anemia tehadap Janin
      Sekalipun tampaknya janin mampu menyerap berbagai kebutuhan dari ibunya, tetapi dengan adanya anemia maka akan mengurangi kemampuan metabolisme tubuh sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Akibat adanya anemia pada ibu, maka dapat terjadi gangguan pada janin dalam bentuk :
a.       Abortus
b.      Terjadi kematian intrauterine
c.       Persalinan prematuritas tinggi
d.      Berat badan lahir rendah
e.       Kelahiran dengan anemia
f.       Dapat terjadi cacat bawaan
g.      Bayi mudah terserang infeksi sampai kematian perinatal
h.      Intelegensi rendah (cacat otak)
(Manuaba, 2010).
5.        Pencegahan Anemia Kehamilan
a.    Pemenuhan nutrisi yang baik untuk mencegah terjadinya anemia.
b.    Makan makanan yang bergizi dan terdapat kandungan zat besi yang tinggi
c.    Konsumsi vitamin cukup asam folat
d.   Selalu cek kehamilan secara rutin
(Atikah, 2011).
6.        Yang Menyebabkan Anemia Pada Ibu Hamil
      Penyebab anemia pada ibu hamil sangat berkaitan dengan faktor pemenuhan gizi ibu hamil yang dapat dipengaruhi oleh :
                       a.     Kebiasaan dan pandangan wanita terhadap makanan, wanita yang sedang hamil dan telah berkeluarga biasanya lebih memerhatikan akan gizi anggota keluarga yang lain.
                       b.     Status ekonomi
Ekonomi seseorang mempengaruhi dalam pemilihan makanan yang akan dikonsumsi sehari-harinya. Minimnya kemampuan ekonomi keluarga, sehingga makanan gizi terabaikan.
                       c.     Pengetahuan masyarakat
Pengetahuan yang dimiliki ibu akan mempengaruhi keputusan yang mempengaruhi perilakunya. Ibu yang memiliki pengetahuan yang baik akan mengerti gizi yang dibutuhkan.
                 d.          Status Kesehatan
Status kesehatan dapat mempengaruhi nafsu makannya.
                  e.          Aktifitas
Seseorang yang gerak aktif otomatis memerlukan energi yang lebih besar dan semakin banyak energi yang dibutuhkan
                   f.          Berat Badan
Barat badan ibu hamil akan menentukan zat makanan yang diberikan agar kehamilannya lancar (Sukarni, 2013).


E.     Kerangka Teori
      Kerangka teori adalah menghubungkan beberapa teori sehingga membentuk pola pikir atau kerangka pikir penelitian yang akan dilakukan, lazimnya berbentuk skema.

Skema 2.1
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Ibu Hamil



Kebiasaan
Pengetahuan
Status Ekonomi                                                Anemia Pada Ibu Hamil
Aktifitas
Berat Badan
 

Keterangan :
Cetak tidak tebal  : Tidak diteliti

            Cetak tebal            : Diteliti

 (Sumber : Sukarni, 2013)

F.     Kerangka Konsep
      Kerangka konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal-hal yang khusus sehingga konsep tidak dapat langsung diamti atau diukur, konsep hanya dapat diamati melalui konstruk atau variable (Notoatmodjo, 2010).
Skema 2.2
Hubungan Status Ekonomi dan Pengetahuan Dengan Anemia
Pada Ibu Hamil

 
Status Ekonomi
                                                                       Anemia Ibu Hamil
Pengetahuan
 
G.    Hipotesis
      Hipotesis merupakan suatu kesimpulan sementara atau jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan penelitian (Hidayat, 2011).

Ha : Ada hubungan status ekonomi, dan pengetahuan ibu hamil dengan
  kejadian anemia pada ibu hamil di BPS Langgeng Sri Asih Pagelaran
  Tahun 2014















No comments:

Post a Comment