BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Status Ekonomi
1.
Pengertian
Ekonomi adalah sarana untuk memenuhi kebutuhan yang meliputi tiga aspek
yaitu produksi, konsumsi, dan distribusi. Status ekonomi adalah kedudukan
seseorang atau keluarga di masyarakat berdasarkan pendapatan per bulan. Status
ekonomi dapat dilihat dari pendapatan yang disesuaikan dengan harga barang
pokok (Haryanto, 2011).
2.
Faktor yang Mempengaruhi Status Ekonomi
Menurut Friedman (2004) faktor yang mempengaruhi status ekonomi seseorang
yaitu:
a. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu. Makin tinggi
tingkat pendidikan seseorang maka makin mudah dalam memperoleh pekerjaan,
sehingga semakin banyak pula penghasilan yang diperoleh. Sebaliknya pendidikan
yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai
yang baru dikenal.
b. Pekerjaan
Pekerjaan adalah simbol status seseorang dimasyarakat. Pekerjaan jembatan
untuk memperoleh uang dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan untuk
mendapatkan tempat pelayanan kesehatan yang di inginkan.
c. Keadaan Ekonomi
Kondisi ekonomi keluarga yang rendah mendorong ibu hamil untuk tidak
teratur dalam melakukan antenatal care
d.
Pendapatan
Pendapatan akan mempengaruhi
status sosial seseorang, terutama akan ditemui dalam masyarakat yang materialis
dan tradisional yang menghargai status sosial ekonomi yang tinggi terhadap
kekayaan.
3. Indikator Penilaian Kinerja Ekonomi
Indikator penilaian kinerja ekonomi
menurut Haryanto (2011) adalah :
a.
Input (masukan)
Tolok ukur kinerja ekonomi
berdasarkan tingkat atau besaran sumber-sumber dana, sumber daya manusia,
material, teknologi, yang di gunakan untuk melaksanakan kegiatan.
b.
Output (keluaran)
Tolok ukur berdasarkan produk atau
jasa yang di hasilkan dari kegiatan yang sesuai dengan masukan yang digunakan.
c.
Outcome
(hasil)
Tingkat keberhasilan yang dapat di
capai berdasarkan kegiatan yang sudah di laksanakan.
d.
Benefit
(manfaat)
Tolok ukur berdasarkan tingkat
manfaat yang dapat di rasakan sebagai nilai tambahan bagi masyarakat.
e.
Impact
(dampak)
Tolok ukur berdasarkan dari dampak
terhadap kondisi yang ingin di capai dari manfaat.
4.
Tingkatan
Ekonomi
a.
Adekuat
Adekuat
menyatakan uang yang dibelanjakan atas dasar suatu permohonan bahwa pembiayaan
adalah tanggung jawab kedua orang tua. Keluarga menganggarkan dan mengatur
biaya secara realisitis.
b.
Marginal
Pada tingkat marginal sering terjadi
ketidaksepakatan dan perselisihan siapa yang seharusnya mengontrol pendapatan
dan pengeluaran.
c.
Miskin
Keluarga tidak bisa hidup dengan
caranya sendiri, pengaturan keuangan yang buruk akan menyebabkan didahulukannya
kemewahan. Diatas kebutuhan pokok, manajemen keuangan yang sangat buruk dapat
atau tidak membahayakan kesejahteraan anak, tetapi pengeluaran dan kebutuhan
keuangan melebihi penghasilan.
d.
Sangat
Miskin
Menejemen keuangan yang sangat
jelek, termasuk pengeluaran saja dan berhutang
terlalu banyak, serta kurang tersedianya kebutuhan dasar (Dr.
Suparyanto, M. Kes, 2011).
5. Penggolongan Kelas Status Ekonomi
Pembagian
kelas ekonomi menurut Lembaga Sosial kabupaten Pringsewu tahun 2012 upah
minimum regional (UMR) seseorang dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu:
a.
Penghasilan tipe kelas atas > Rp. 900.000,
b.
Penghasilan tipe kelas bawah< Rp. 900.000.
( Lembaga Sosial Kabupaten
Pringsewu, 2012)
Menurut
Saraswati (2009) status ekonomi dibagi menjadi 3 tipe, yaitu :
a.Tipe kelas atas (> Rp2.000.000)
b.Tipe kelas menengah (Rp.1.000.000-2.000.000)
c.Tipe kelas bawah (< Rp 1.000.000)
B.
Pengetahuan
1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari
tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan yang
dimilikinya (mata,
hidung, telinga dan sebagainya)
terhadap suatu objek tertentu, Pada
waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi
oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian
besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan
indera penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai
intensitas atau tingkat yang berbeda-beda (Notoatmodjo,
2010).
2.
Tingkatan Pengetahuan
Tingkatan pengetahuan menurut Notoatmodjo (2005) :
a.
Tahu (know)
Tahu
diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya
setelah mengamati sesuatu.
b.
Memahami
(comprehention)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap
objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus
dapat menginpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.
c. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami
objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang
diketahui tersebut pada situasi yang lain..
d.
Analisis
(analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk
menjabarkan dan/atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara
komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.
Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis
adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan,
mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek
tersebut.
e. Sintesis (syntesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk
merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen
pengetahuan yang dimiliki.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu, kemampuan
mempertimbangkan mana yang baik dan mana yang buruk dan memutuskan untuk
mengambil tindakan tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada
suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.
- Pengukuran Pengetahuan
Cara pengukuran
pengetahuan dapat dilakukan dengan berbagai cara,
antara lain dengan membedakan tingkat pendidikan, wawancara, angket, mengamati (mengobservasi)
perilaku seseorang terhadap suatu pemecahan masalah dan melakukan pengujian (test)
pengetahuan (Notoatmodjo,
2003). Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkapkan determinan
perilaku dari analisis faktor-fator yang mempengaruhi perilaku, khususnya
perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain teori Lawrence Green (L. Green, dalam Notoatmodjo, 2003), mencoba menganalisa perilaku
manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi
perilaku (non behaviour causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri
ditentukan atau dibentuk dari 3 faktor, yaitu :
a. Faktor predisposisi (predisposing
factor)
Adalah faktor pencetus timbulnya
perilaku seperti pikiran dan motivasi
atau perilaku yang meliputi:
pengetahuan, sikap, keyakinan, persepsi yang berhubungan dengan motivasi individu
untuk berperilaku. Faktor yang lain adalah variabel demografi seperti status
sosial, ekonomi, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan jumlah anggota
keluarga.
b. Faktor pemungkin (enabling factor)
Adalah faktor yang mendukung timbulnya perilaku
sehingga motivasi dan pikiran menjadi kenyataan. Wujud dari
faktor pendukung ini adalah seperti lingkungan dan sumber-sumber yang ada di masyarakat.
c. Faktor penguat (reinforcing factor)
Adalah
faktor yang mendukung timbulnya perilaku yang berasal dari orang lain, seperti keluarga, teman
sebaya, dan petugas kesehatan.
4.
Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut
Notoatmodjo (2003) pengetahuan
seseorang itu dipengaruhi oleh banyak faktor,
diantaranya:
a. Tingkat
pendidikan
Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang.
Secara umum seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai
pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingat
pendidikannya lebih rendah.
b. Sosial ekonomi
Sosial ekonomi
dikaitkan dengan pendidikan, jika ekonomi seseorang baik maka pendidikan akan
baik juga.
c. Lingkungan
Lingkungan yang
paling berpengaruh besar bagi seseorang adalah keluarga. Dalam lingkungan masyarakat antar warga terjadi transformasi pengetahuan
dari satu dengan yang lainnya.
d. Informasi
Sumber informasi
dapat merangsang pengetahuan. Seseorang menerima informasi tersebut akan
mempunyai persepsi dan pandangan yang berbeda dengan orang lain, sehingga akan
mempengaruhi tingkat pengetahuan. Jadi baik atau buruknya pengetahuan seseorang
tergantung kemampuan seseorang dalam perhatian, pemahaman dan penerimaan
terhadap info yang diterima.
e. Pengalaman
Dengan pengalaman yang diperolehnya, individu akan memperoleh
informasi tentang suatu hal.
5. Klasifikasi
Pengukuran Pengetahuan
Berdasarkan
tingkatan pengetahuan di atas, maka pengetahuan menurut Alimul (2011) dapat
diklasifikasikan menjadi sebagai berikut:
a.
Kriteria baik (jika 76%-100%)
b. Kriteria
cukup (jika 56%-75%)
c. Kriteria
kurang baik (jika < 56%)
C.
Anemia
- Pengertian Anemia
a.
Anemia
adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau Hb kurang dari
normal. Kadar Hb umumnya berbeda pada laki-laki dan perempuan. Untuk laki-laki
<13,5 gr/100ml, dan perempuan < 12,0 gr/100ml (Atikah, 2011).
b.
Anemia
adalah suatu keadaan adanya penurunan kadar hb, hematoktrit, dan jumlah
eritrosit dibawah nilai normal (Ai Yeyeh, 2010).
- Penyebab Anemia
Penyebab umum dari anemia menurut Kusumawardani (2010) adalah :
a.
Perdarahan
Hebat
1)
Akut Mendadak
a)
Kecelakaan
b)
Pembedahan
c)
Persalinan
d) Pecah
pembuluh darah
2)
Kronik (Menahun)
a)
Perdarahan hidung
b)
Wasir (Hemoroid)
c)
Ulkus peptikum
d) Kanker
polip di saluran pencernaan
e)
Tumor ginjal atau kandung kemih
f)
Perdarahan menstruasi yang sangat banyak
b. Berkurangnya pembentukan sel darah merah
1) Kekurangan zat besi
2) Kekurangan vitamin B12
3) Kekurangan asam folat
4) Kekurangan Vitamin C
5) Penyakit kronik
c. Meningkatnya penghancuran sel darah merah
1) Pembesaran limpa
2) Kerusakan mekanik pada sel darah merah
3) Reaksi autoimun terhadap sel darah merah
4) Hemoglobinuria nokturnal paroksimal
5) Sferositosis herediter
6) Kekurangan G6PD
7) Penyakit sel sabit
8) Penyakit hemoglobin C
9) Penyakit hemoglobin S-C
10) Penyakit hemoglobin E
11) Thalasemia
- Gejala-Gejala Anemia
Beberapa gejala
lain seperti : lemah, pucat, mudah pingsan, tekanan darah masih dalam batas
normal, perlu dicurigai anemia defisiensi (Wiknjosastro, 2009)
Gejala–gejala yang
disebabkan oleh pasokan oksigen yang tidak mencukupi kebutuhan ini, bervariasi.
Anemia bisa menyebabkan
kelelahan, kelemahan, kurang tenaga,dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung (Kusumawardani, 2010).
- Diagnosis
Pemeriksaan
darah sederhana bisa menentukan adanya anemia. Presentase sel darah merah dalam
volume darah total (hematokrit) dan jumlah hemoglobin dalam suatu contoh darah
bisa ditentukan. Pemeriksaan tersebut merupakan bagian dari hitung jenis darah
komplit (CBG) (Kusumawardani, 2010)
Untuk menegakkan diagnosis kehamilan dapat
dilakukan dengan anamnesa. Pada anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah,
pusing, mata berkunang-kunang,
dan keluhan mual-muntah lebih hebat pada bumil muda. Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat
sahli. Hasil pemeriksaan Hb dengan
Sahli dapat digolongkan sebagai berikut :
Hb 11 gr% :
tidak anemia
9-10 gr% :
anemia ringan
7-8 gr% :
anemia sedang
<7 gr% :
anemia berat
Pemeriksaan darah
dilakukan minimal dua kali selama kehamilan, yaitu pada trimester I dan trimester II.
Dengan pertimbangan bahwa ibu hamil mengalami anemia, maka dilakukan pemberian
preparat Fe sebanyak 90 tablet pada ibu hamil
(Manuaba, 2010).
- Komplikasi-Komplikasi Dari Anemia
Anemia pada ibu hamil bukan tanpa resiko menurut penelitian tingginya
angka kematian ibu berkaitan erat dengan anemia. Anemia juga menyebabkan
rendahnya kemampuan jasmani, dan pada wanita hamil anemia dapat meningkatkan
frekuensi komplikasi pada kehailan dan persalinan seperti resiko kematian
maternal, premature pada bayi, BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah), dan angka kematian
perinatal meningkat (Ai yeyeh, 2010).
- Prognosis Untuk Anemia
Prognosis anemia defisiensi besi dalam kehamilan umumnya baik bagi ibu dan
anak. Persalinan dapat berlangsung seperti biasa tanpa perdarahan banyak atau
komplikasi lain. Anemia berat yang tidak diobati dalam kehamilan muda dapat
menyebabkan abortus, dan dalam kehamilan tua dapat menyebabkan partus lama,
perdarahan postpartum, dan infeksi. Walaupun
bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita anemia defisiensi besi tidak menunjukkan Hb yang rendah, namun cadangan bisanya kurang, yang baru beberapa bulan kemudian tampak anemia infantum. (Wiknjosastro, 2009).
D.
Anemia pada Kehamilan
1.
Pengertian
Anemia
pada kehamilan adalah suatu keadaan dimana Hb <10gr/dl (Ht<30%) (Atikah,
2011).
Anemia adalah kondisi ibu dalam kadar hb
dibawah 11gr % pada trimester I dan III atau kadar < 10,5gr % pada trimester
II (Wiknjosastro, 2009).
Anemia
pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi. Anemia pada kehamilan merupakan masalah
nasional karena mencerminkan nilai
kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia hamil biasanya disebut “potential denger to mother and child”
(potensial yang
membahayakan ibu dan anak),
karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait
dalam pelayanan kesehatan pada lini terdepan (Manuaba, 2010).
Anemia
karena kekurangan zat besi adalah suatu keadaan dimana jumlah sel darah merah
atau hemoglobin dalam sel darah berada dibawah normal, yang disebabkan karena
kekurangan zat besi. Beberapa zat gizi diperlukan dalam pembentukan sel darah
merah, yang paling penting adalah zat besi, vitamin B12 dan asam folat, tetapi
tubuh juga memerlukan sejumlah kecil vitamin C, riboflavin, dan tembaga serta
keseimbangan hormon, terutama eritropoietin (hormon yang merangsang pembentukan
sel darah merah). Tanpa zat gizi, pembentukan sel darah merah akan berjalan
lambat dan tidak mencukupi dan selnya bisa memiliki kelainan bentuk dan tidak
mampu mengangkut oksigen sebagaimana mestinya, penyakit kronik juga bisa
menyebabkan berkurangnya pembentukan sel darah merah (Kusumawardani, 2010)
2. Penyebab
Penyebab anemia paling utama adalah kekurangan zat besi yang dihasilkan
dari gizi dan nutrisi yang dikonsumsi ibu hamil selama kehamilan berlangsung
(Atikah, 2011).
3. Pengaruh Anemia pada Kehamilan dan Janin
Pengaruh anemia terhadap kehamilan
a.
Bahaya
selama kehamilan
1) Dapat terjadi abortus
2) Persalinan prematuritas
3) Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim
4) Mudah terjadi infeksi
5) Ancaman dekompensasi kordis
6) Mola hidatidosa
7) Hiperemisis gravidarum
8) Perdarahan antepartum
9) Ketuban pecah dini (KPD)
b.
Bahaya
saat persalinan
1) Gangguan his dan berkurangnya kekuatan
mengejan
2) Kala pertama dapat berlangsung lama, dan
terjadi partus terlantar
3) Kala kedua berlangsung lama hingga dapat
melelahkan dan sering memerlukan tindakan operasi kebidanan
4) Kala uri dapat diikuti retensio plasenta,
dan perdarahan postpartum
karena
atonia uteri
5) Kala empat dapat terjadi perdarahan
postpartum sekunder dan atonia
Uteri.
4. Pengaruh Anemia tehadap Janin
Sekalipun
tampaknya janin mampu menyerap berbagai kebutuhan dari ibunya, tetapi dengan
adanya anemia maka akan mengurangi kemampuan metabolisme tubuh sehingga
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Akibat adanya anemia
pada ibu, maka dapat terjadi gangguan pada janin dalam bentuk :
a. Abortus
b. Terjadi kematian intrauterine
c. Persalinan prematuritas tinggi
d. Berat badan lahir rendah
e. Kelahiran dengan anemia
f. Dapat terjadi cacat bawaan
g. Bayi mudah terserang infeksi sampai
kematian perinatal
h.
Intelegensi
rendah (cacat otak)
(Manuaba, 2010).
5.
Pencegahan Anemia Kehamilan
a. Pemenuhan nutrisi yang baik untuk mencegah
terjadinya anemia.
b. Makan makanan yang bergizi dan terdapat
kandungan zat besi yang tinggi
c. Konsumsi vitamin cukup asam folat
d. Selalu cek kehamilan secara rutin
(Atikah, 2011).
6.
Yang Menyebabkan Anemia Pada Ibu Hamil
Penyebab
anemia pada ibu hamil sangat berkaitan dengan faktor pemenuhan gizi ibu hamil
yang dapat dipengaruhi oleh :
a. Kebiasaan dan pandangan wanita terhadap
makanan, wanita yang sedang hamil dan telah berkeluarga biasanya lebih memerhatikan
akan gizi anggota keluarga yang lain.
b. Status ekonomi
Ekonomi seseorang mempengaruhi dalam
pemilihan makanan yang akan dikonsumsi sehari-harinya. Minimnya kemampuan
ekonomi keluarga, sehingga makanan gizi terabaikan.
c. Pengetahuan masyarakat
Pengetahuan yang dimiliki ibu akan
mempengaruhi keputusan yang mempengaruhi perilakunya. Ibu yang memiliki
pengetahuan yang baik akan mengerti gizi yang dibutuhkan.
d.
Status
Kesehatan
Status kesehatan dapat mempengaruhi nafsu
makannya.
e.
Aktifitas
Seseorang yang gerak aktif otomatis
memerlukan energi yang lebih besar dan semakin banyak energi yang dibutuhkan
f.
Berat
Badan
Barat badan ibu hamil akan menentukan zat
makanan yang diberikan agar kehamilannya lancar (Sukarni, 2013).
E. Kerangka Teori
Kerangka
teori adalah menghubungkan beberapa teori sehingga membentuk pola pikir atau
kerangka pikir penelitian yang akan dilakukan, lazimnya berbentuk skema.
Skema 2.1
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Anemia Pada Ibu Hamil
Kebiasaan
|
Pengetahuan
|
Status Ekonomi Anemia Pada Ibu Hamil
|
Aktifitas
|
Berat Badan
|
Cetak tidak tebal : Tidak diteliti
(Sumber : Sukarni, 2013)
F.
Kerangka
Konsep
Kerangka konsep merupakan
abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal-hal yang khusus sehingga
konsep tidak dapat langsung diamti atau diukur, konsep hanya dapat diamati melalui
konstruk atau variable (Notoatmodjo, 2010).
Skema 2.2
Hubungan Status Ekonomi dan
Pengetahuan Dengan Anemia
Pada Ibu Hamil
Status Ekonomi
Anemia Ibu Hamil |
Pengetahuan
|
G.
Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu
kesimpulan sementara atau jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan
penelitian (Hidayat, 2011).
Ha
: Ada hubungan
status ekonomi,
dan pengetahuan ibu
hamil dengan
kejadian anemia pada ibu hamil di BPS Langgeng Sri Asih Pagelaran
Tahun 2014
No comments:
Post a Comment